Suara Dari Mentawai Terkait Wacana Daerah Istimewa Minang Kabau (DIM)

Oleh: Jalius Salebbay
Pemuda Mentawai
Jakarta, INAKORAN
Beberapa hari terakhir ini dikejutkan dengan adanya wacana revisi nama Sumatera Barat menjadi daerah instimewa Minang Kabau (DIM) karena dianggap nama tersebut tidak cocok dimasa sekarang ini.
Berita ini dikuatkan dengan argumen salah satu politisi senayan dikomisi II yang diliput sindonews.com pada 12 maret 2021 yang menyatakan bahwa benar adanya rencana tersebut. Beberapa pernyataan politikus ini yang menurut saya perlu di tanggapi dengan serius pada berita tersebut yaitu.
- Sumbar satu-satunya masyarakat berdasarkan matrilineal
- Kekhasan adat dengan agama
- Orang minang pasti Islam, jika keluar dari Islam maka dia bukan orang minang.
3 hal ini menurut saya politikus ini keliru, dia tidak mengerti Sumatera Barat secara holistik. Alasannya.
- Dari 19 kabupatan/kota yang ada, terdapat 1 kabupaten, yaitu Kep. Mentawai yang berdasarkan patrilineal, bukan matrilineal.
- Mentawai memiliki adat dan agama yang heterogen dibandingkan dari seluruh kabupaten yang ada di Sumbar.
- Banyak yang beragama Islam di Mentawai tetapi mereka orang Mentawai bukan orang minang.
Dari 3 hal ini jelas politikus ini asal cuap, perlu banyak membaca dan bekerja/lihat realita. Jangan hanya makan gaji dari rakyat!!. Harusnya kerjanya di fokuskan ke hal-hal urgen seperti masalah pandemi covid19 ini. Saya masih pesimis DIM ini terwujud, namun jikapun itu terjadi di Sumbar pasti akan menimbulkan kegaduhan baru karena dianggap diskriminasi dengan kelompak minoritas seperti Mentawai.
Naskah akademik DIM ini juga telah rampung, pertanyaannya apakah dalam proses itu melibatkan seluruh stake holder yang ada di sumbar termasuk Mentawai, apakah Mentawai di libatkan juga dalam proses ini, kami tahunya tiba-tiba barang ini sudah jadi.
190234090
KOMENTAR