Sulit Dapatkan BBM Bersubsidi, Hasil Tangkapan Nelayan di Labuan Batu Turun Tajam

Binsar

Monday, 24-06-2019 | 09:18 am

MDN
Ilustrasi antrian untuk mendapatkan BBM di salah satu SPBU [ist]

Rantauprapat, Inako –

Sejumlah nelayan tradisional di Kabupaten Labuhanbatu Sumatera Utara mengaku akhir-akhir ini mereka mengalami kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Akibatnya, mereka tidak bisa melaut dan berimbas pada menurunnya hasil tangkapan ikan mereka saat ini.

Para nelayan khawatir, jika kondisi ini terus terjadi mereka akan mengalami kesulitan membayar biaya sekolah dan memenuhi kebutuah hidup keluarga.

Amir, Syahrul dan Zulham, tiga nelayan asal Lingkungan VI dan V, Kelurahan Sei Berombang, Kecamatan Panai Hilir,  Sumut, Minggu (23/6) malam, menuturkan, BBM jenis solar di kampung nelayan Kelurahan Kota Sei Berombang dalam beberapa hari terakhir sulit didapat, dan kalaupun ada warga harus membayar sedikit lebih tinggi untuk harga per liternya, yakni Rp7.500 ribu dari harga normal Rp6.500. 

Sedangkan BBM jenis pertalite di kampung nelayan mencapai Rp8.500 per liternya. Sementara kebutuhan nelayan tradisional dalam melaut sebanyak 20 liter BBM  setiap harinya.

“Dalam beberapa hari belakangan kami sulit mendapatkan BBM jenis solar dek, entah apa masalahnya kami tidak mengerti. Biasanya saya membeli dekat rumah. Kemaren tidak ada BBM jenis solar dijual di situ, katanya habis, belum datang. Kami bingung mau mencari kemana. Kalau begini, nelayan tradisional Sei Berombang terancam tak dapat melaut," ujar nelayan itu bernada prihatin.

Sementara mantan pengurus Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Labuhanbatu, Manap Lubis menilai, kurangnya pasokan BBM untuk nelayan tradisional mempengaruhi perekonomian dan berdampak langsung kepada masyarakat di daerah itu.

Menurut dia, pekerjaan nelayan merupakan mata pencarian mayoritas warga yang bermukim di pesisir Kabupaten Labuhanbatu, selain bertani dan wiraswasta. 

Pihaknya mendesak pemerintah daerah mengambil langkah-langkah strategis dengan berupaya membangun SPBN dan mendukung penuh program BBM satu harga untuk nelayan ataupun menambah kuota konversi Bahan Bakar Gas (BBG) nelayan dari BBM yang terhitung masih sedikit.

KOMENTAR