Tjoki Aprianda Siregar Usulkan 3%-5% Laba Perusahaan Disisihkan untuk Promosi Budaya Tradisional

Sifi Masdi

Tuesday, 13-08-2019 | 16:37 pm

MDN
Tjoki Aprianda Siregar [inakoran.com]

Jakarta, Inako

Ada sejumlah tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia ke depan dalam upaya mengajak anak-anak muda atau kaum milenial agar memiliki rasa cinta tanah air dan memahami budaya tradisional Nusantara. Pasalnya, kaum milenial lebih akrab dengan K-Pop, film Hollywood, dibandingkan dengan budaya tradisional Indonesia.

Hal ini diungkapkan pengamat masalah-masalah kebangsaan Tjoki  Aprianda Siregar  kepada inakoran.com di sela-sela Diskusi Kebangsaan Quo Vadis Indonesia di Museum Nasional, Jakarta, Rabu (7/8/2019).

Festival Angklung di Jawa Barat [ist]

 

Ia menyebut ada sejumlah permainan tradisional seperti bermain gasing, klereng yang tidak dikenal lagi di kalangan milenial, karena mereka lebih akrab dengan budaya luar seperti K-Pop. Ia pun menawarkan solusi bagaimana memperkenalkan budaya tradisional tersebut kepada generasi milenial yang nanti dipercaya memimpin bangsa.

“Saya kira itu perlu ada upaya-upaya komprehensif dari semua pemangku kepentingan. Tapi untuk mendukung kegiatan budaya seperti itu diperlukan dana promosi,” tutur Tjoki.

Menurut Tjoki, dana promosi itu bisa dihimpun dari seluruh lapisan masyarakat, perusahaan-perusahaan dan BUMN. Caranya sederhana yaitu meminta perusahaan-perusahaan tersebut untuk peduli terhadap lingkungan yang berada di sekitar perusahaan tersebut. Pasalnya selama ini keterlibatan perusahaan untuk mendukung kemajuan budaya tradisional sangat minim.

“Saya mengusulkan kepada pemerintah untuk menerapkan kebijakan kepada perusahaan, BUMN, dan organisasi-organisasi yang menghasilkan laba atau keuntungan untuk menyisihkan sebagian keuntungan mereka (Corporate Cultural Responsibility/CCR) sekitar 3%-5% mendukung kemajuan kebudayaan daerah atau budaya tradisional di mana mereka beroperasi,” tambah Tjoki yang juga pengamat hubungan internasional ini.

Musik Kolintang asal Sulawesi Utara [ist]

 

Menurut Tjoki, salah satu upaya untuk mendorong kaum milenial mengenal budaya tradisional adalah melibatkan mereka dalam kegiatan budaya, seperti festival budaya. Tetapi karena kegiatan tersebut butuh biaya, maka perusahaan diminta untuk peduli dengan lingkungan dengan cara menyisihkan sekitar 3%-5% dari kuntungan untuk promosi budaya tradisional.

Ia menyebutkan beberapa contoh kegiatan budaya, misalnya festival Angklung di Jawa Barat atau festival musik Kolitang di Sulawesi Utara. Dalam rangka untuk menyukseskan festival budaya  tersebut maka perusahaan-perusahaan yang beroperasi di daerah diminta untuk berpartisipasi membiayai kegiatan budaya.

Simak juga Video InaTV, jangan lupa "klik Subscribe" agar selalu terhubung dengan info menarik lainnya.

KOMENTAR