Tradisi Bau Nyale dan Putri Mandalika

Binsar

Monday, 28-03-2022 | 17:46 pm

MDN
Tradisi Bau Nyale, Lombok NTB [ist]

 

 

Jakarta, Inako

Bau Nyale merupakan suatu acara adat yang terinspirasi dari legenda Putri Mandalika. Konon diceritakan, Mandalika adalah putri dari seorang raja ternama di Lombok yang memiliki paras rupawan dan baik hati. Kecantikan Putri Mandalika membuat banyak pangeran ingin mempersuntingnya.

Persaingan di antara para pangeran dinilai akan mengancam keutuhan masyarakat Lombok. Karena itu, Putri Mandalika pun melakukan semadi dan mendapat wangsit untuk mengundang seluruh pelamar yang ingin meminangnya di Bukit Seger.

Alih-alih memilih seorang pangeran, Putri Mandalika justru memutuskan untuk tidak memilih siapa-siapa, karena ia mau menyatakan cintanya untuk semua masyarakat Lombok. Dan karena cintanya kepada masyarakat Lombok, sang Putri memilih terjun ke laut. Semua orang yang hadir sontak langsung ikut menceburkan diri ke laut untuk menyelamatkan Putri Mandalika, namun tak ada satu pun yang berhasil menemukannya.

 

 

Setelah kepergian Putri Mandalika, muncul cacing warna-warni dengan jumlah yang sangat banyak di pantai tempat Putri Mandalika hilang. Hewan itu kemudian disebut Nyale

Semenjak saat itu, masyarakat memercayai bahwa nyale adalah jelmaan dari rambut Putri Mandalika. Sebagai bentuk penghormatan, diadakanlah ritual adat setiap tanggal 20 pada bulan 10 (menurut perhitungan Kalender Sasak). Waktu itu dipilih bertepatan dengan waktu di mana Putri Mandalika menghilang.

Frase Bau Nyale, berasal dari Bahasa Sasak. Bau, artinya menangkap, sedangkan nyale adalah sejenis cacing laut yang hidup di lubang dan batu karang di bawah permukaan laut. Jadi, tradisi Bau Nyale, secara harfiah berarti menangkap cacing laut.

 

 

Pada saat melangsungkan Festival Bau Nyale, warga lokal yang akan menangkap nyale berkumpul di pantai sejak sore hari dan mengadakan peresean (membuat kemah). Mereka mengisi acara malam dengan berbagai kesenian tradisional seperti betandak (berbalas pantun), bejambik (pemberian cinderamata kepada kekasih) serta belancaran (pesiar dengan perahu).

Proses menangkap cacing laut ini dimulai saat malam hari hingga terbit fajar. Nyale yang berhasil ditangkap nantinya dimasak dan disantap oleh masyarakat lokal sebagai bentuk rasa cinta kasih kepada Putri Mandalika.

KOMENTAR