Ujian Politik PKB dan PDIP

Oleh. : Adlan Daie
Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat

Indramayu, Inako

Pilkada Indramayu tahun 2020 adalah ujian politik bagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan PDI Perjuangan (PDIP), dua partai politik relatif paling kokoh representasi sosial dan legitimasi politiknya di level akar rumput. Turunan original dari rumpun politik nasionalis dan santri dalam sejarah elektoral politik di Indonesia khususnya locus pulau Jawa sebagaimana tergambar pula dalam penelitian politik Clifford Gezt dalam  bukunya yang sangat terkenal The Religion Of Java.

PKB dan PDIP memiliki tanggung jawab fardlu kifayah  politik, sebuah kewajiban representasi politik untuk memposisikan diri menjadi lokomotif perubahan menarik gerbong komponen politik dan sosial lain untuk :

Pertama, memenangkan momentum pilkada Indramayu tahun 2020 sebagai tangga politik pertama menyehatkan perimbangan politik dalam Pemilu Legislatif 2024, menghindari dominasi mutlak satu partai agar tidak terjadi obesitas oligarkhi politik yang dalam teori dasar demokrasi cenderung melemahkan fungsi chek and balances dan mudah terpapar virus koruptif.

Kedua,  kelanjutan dari point pertama di atas adalah memulihkan harkat, martabat dan harga diri Indramayu pasca OTT KPK menjerat H. Supendi, bupati sekalgus ketua DPD Partai Golkar Indramayu. IPM masyarakat Indramayu yang lesu dan lemah gemulai tidak dapat ditutup-tutupi oleh khotbah pejabat politik manipulatif dan muslihat birokratis, harus ditarik ke atas secara terukur naik kelas menjadi masyarakat tercerahkan, berperadaban dan berkeadilan.

Ketiga, meluruskan birokrasi pada posisi khittahnya yang mulia dan beradab sebagai pelayan publik bukan pelayan politik. Inilah paket ketiga yang tak terpisahkan dari point pertama dan kedua di atas. Birokrasi harus steril dari kepentingan tukar tambah politik elektoral untuk upeti politik promosi jabatan kecuali sepenuhjya politik pelayanan untuk sebesar-besarnya maslahat publik. Di sinilah letak urgensi kemuliaan birokrasi sebagai perangkat teknis pelayanan publik yang harus kita jaga bersama, jangan ditarik dalam buaian salah asuhan.

Pertanyaannya, siapakah pasangan calon yang paling mungkin memiliki peluang menang di tengah kemapanan rezim petahana berkuasa selama 20 tahun tetakhir? Inilah ujian yang sesungguhnya bagi PKB dan PDIP untuk meletakkannya dalam meja analisis bersama  komponen politik pro perubahan lainnya berbasis peta survey, magnit elektoral ketokohan, soliditas jaringan, kemampuan managerial dan ketrampilan tim daya ganggu secara massif dan logistik terukur.

Penulis sungguh sangat percaya pada kearifan para tokoh-tokoh  pro perubahan yang beredar di ruang publik saat ini.  Mereka memiliki keprihatinan membatin atas IPM Indramayu yang mangkrak dan paling buncit di wilayah III Cirebon. Di sinilah, sekali lagi, ujian kepeloporan PKB dan PDIP untuk bergotong royong curah pikiran dan sharing logistik menghadirkan pasangan yang paling mungkin memenangkan kontestasi Pilkada Indramayu 2020.

Mari kita belajar  manifesto politik Bung Karno dalam mutiara pikiran pikirannya yang tertuang dalam bukunya Di bawah Bendera Revolusi dan memetik pelajaran dari diktum-diktum resolusi jihad politik KH. Hasyim Asy'ari, pendiri NU, bahwa kekuatan spirit yang bergelora dan kesamaan visi yang membatin akan mengabaikan  perbedaan kecil dan keterbatasan di antara kita untuk memenangkan nasib masa depan politik yang beradab dan berkeadilan.

Bung Karno dan KH Hasyim Asy'ary telah membuktikannya. Saatnya PKB dan PDIP turunan rumpun politiknya, kembali membuktikan perjuangan politik di Indramayu dalam versi histori yang berbeda dengan nilai kemuliaan maslahat dan martabat publik yang sama. Buanglah bayangan takut yang menyandra pikiran yang kita ciptakan sendiri karena perubahan adalah niscara dan di tangan kita lah perubahan itu hadir saat kita berikhtiar bersama untuk menghadirkan perubahan.

Salam resolusi jihad politik 2020.