Ulama Tanjungpinang: Kawin Kontrak Haram Dalam Agama Islam

Tanjungpinang, Inako –
Maraknya praktik perdagangan orang berkedok kawin kontrak yang berujung pada tindak pidana sebagaimana terungkap di Pontianak, Kalimantan Barat baru-baru ini, mendapat tanggapan beragam dari banyak kalangan khususnya kalangan ulama.
Ulama Tanjungpinang, Kepri, Dedy Sanjaya, misalnya. Dedy dengan tegas mengatakan bahwa praktik kawin kontrak tidak dibenarkan alias haram dalam agama Islam. Menurutnya, dalam ajaran agama Islam kawin kontrak atau kawin mut'ah diharamkan.
Larangan itu didasari oleh ketentuan bahwa kawin mut'ah ini tidak memiliki hukum standar dalam kitab dan sunnah.
"Umar telah mengumumkan pengharamannya di hadapan para sahabat pada masa khilafahnya dan telah disetujui oleh para sahabat. Tentu mereka tidak akan mengakui penetapan tersebut, jika pendapat Umar itu salah," kata Dedy Sanjaya di Tanjungpinang, Minggu.
Selain itu, lanjutnya, haramnya kawin mut'ah dikarenakan dampak negatif yang ditimbulkannya sangat banyak. Antara lain bercampurnya nasab, karena wanita yang telah dimut’ah oleh seseorang dapat dinikahi lagi oleh anaknya, dan begitu seterusnya.
Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga sudah mengeluarkan fatwa yang menyatakan kawin kontrak hukumnya haram.
Dia katakan, tentang status haram tersebut telah disampaikan MUI dalam fatwanya pada 27 Juli 2010. MUI kala itu menyikapi banyaknya pernikahan kontrak yang terjadi di kawasan Bogor, Jawa Barat.
TAG#Kawin KOntrak, #Agama Islam, #Ulama
190215012
KOMENTAR