UNDP Kembangkan Enam Komoditas Pertanian Di NTT

Binsar

Friday, 27-07-2018 | 08:33 am

MDN
Kopi sebagai komoditas unggulan, NTT [ist]

Kupang, Inako – 

Badan Program Pembangunan atau United Nations Development Programme (UNDP), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berencana mengembangkan enam komoditas pertanian dan perkebunan di 15 kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Keenam komoditas yang menjadi sasaran pengembangan Badan PBB itu adalah padi, jagung, kopi, kakao, jambu mete dan kelapa.

"Beberapa hari lalu, kami mengadakan pertemuan dengan UNDP. Mereka tertarik untuk mengembangkan beberapa komoditas di daerah ini," kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTT Yohanis Tayruba, di Kupang, Kamis (26/7/2018).

Jagung hasil perkebunan masyarakat NTT [ist]



Menurut dia, UNDP saat ini sedang menyusun proposal untuk membiayai proyek pengembangan enam komoditas di 15 kabupaten di NTT, yang menjadi sasaran program tersebut.

Yohanis menambahkan, bentuk atau realisasi program akan disesuaikan dengan potensi khas yang dimiliki masing-masing kabupaten sehingga lebih tepat sasaran. 

"Dari hasil komunikasi terakhir, tim dari UNDP sedang berada di lapangan melakukan konsultasi dengan `stakeholder` untuk kepentingan finalisasi proposal," katanya dan berharap paling lambat pada akhir 2018, proyek pengembangan komoditas itu sudah bisa dilaksanakan.

Mengenai pola pengembangan, dia mengatakan, semuanya masih dikomunikasikan dengan `stakeholder` terkait untuk diputuskan apakah menggunakan pola kelompok masyarakat atau membantu petani secara induvidu.

Seorang ibu di Manggarai memetik kopi [ist]


Menurut dia, semuanya akan diputuskan setelah tim melakukan finalisasi proposal, termasuk kabupaten-kabupaten yang akan menjadi sasaran pelaksanaan program ini.

"Kalau daerah potensial menurut kami Flores Timur untuk jambu mete dan kelapa, Manggarai, Ngada dan Ende cocok untuk pengembangan kopi dan cacao," katanya.

Hanya saja, UNDP memiliki syarat tersendiri dalam menentukan wilayah-wilayah yang akan menjadi sasaran program yang dibiayai lembaga internasional itu.

 

KOMENTAR