Uskup Bogor Ajak Umat Stasi St. Vincentius Untuk Menjadi Terang & Berkat Bagi Sesama

Gunung Putri, Inako

Uskup Keuskupan Sufragan Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM mengajak semua umat yang ada di Stasi St.Vincentius, Gunung Putri untuk menjadikan hidup sebagai terang dan berkat bagi sesama.

Hal itu disampaikan Uskup Paskalis dalam homilinya pada misa Hari Raya Penampakan Tuhan dan Hari Anak Misioner, yang berlangsung di Kapel Stasi St. Vincentius, Minggu (3/1/21) pagi.

“Anda harus bangkit dan menjadi terang bagi sesama melalui seluruh cara hidup Anda, yakni cara hidup yang tulus dan jujur seperti sikap yang ditujukkan ketiga raja dari Timur,” kata Uskup saat misa yang dihadiri 200-an umat di stasi itu.

Ketiga raja dai Timur, lanjut Uskup, datang ke Betlehen, tanah Yudea, untuk melihat dan menyembah raja orang Yahudi yang baru dilahirkan, berdasarkan petunjuk bintang.

Bintang, adalah benda angkasa yang dipakai Allah untuk dijadikan petunjuk bagi ketiga raja dalam perjalanan mereka dari Timur menuju Betlehen untuk bertemu dan menyembah sang raja orang Yahudi.

Dalam hidup ini, kata Uskup Paskalis, kitapun bisa bertemu dengan Allah dengan bantuan tanda-tanda alam. Yang dibutuhkan dari kita, adalah kepekaan untuk membacanya.

“Kitapun diajak untuk peka membaca peristiwa atau tanda-tanda zaman, sebab Allah kerap menampakan diri dalam hidup kita melalui tanda-tanda alam seperti yang dialami ketiga raja dari timur itu,” tandasnya.

Agar Anda memiliki kepekaan, sambungnya, Anda harus menjadi orang yang tulus, rendah hati dan jujur di hadapan Tuhan.

Orang yang tulus, jujur dan rendah hati, kata Uskup asal Manggarai Flores ini, adalah mereka yang mampu menjaga keserasian antara apa yang diucapkan dengan yang ada di dalam hatinya.

“Anda tidak boleh menjadi seperti Herodes, yang mengucapkan kata-kata manis tetapi pikirannya busuk,” tandasnya.

Dalam bacaan misa hari ini, Penginjil Matius mengisahkan Herodes sebagai seorang raja yang sangat antusias mencari informasi kepada tiga raja dari Timur tentang tempat di mana raja orang Yahudi itu dilahirkan.

Dengan kata-kata manipulatif, Herodes meminta tiga raja dari Timur itu untuk menyelidiki dengan seksama tentang tempat di mana sang raja orang Yehudi itu dilahirkan. Ia juga berpesan kepada mereka untuk segera mengabarkan hal itu kepada dirinya, karena ia juga ingin menyembah raja itu.

Menurut uskup anggota Serikat Saudara Dina ini, secara verbal, perkataan Herodes terdengar simpatik dan terkesan sangat rendah hati, sebab sebagai seorang raja, ia ternyata juga ingin datang menyembah raja orang Yehudi yang baru dilahirkan itu.

Akan tetapi, lanjut Mgr. Paskalis, perkataan Herodes hanya tipuan belaka, sebab di dalam hatinya ia telah merancang tindakan jahat untuk menghabisi anak itu karena kehadirannya dianggap sebagai saingan besar atas hegemoninya sebagai seorang raja.

Uskup Paskalis mengajak umat Stasi St. Vincentius untuk tidak meniru Herodes.

“Anda tidak boleh seperti Herodes, yang bermulut manis, tetapi berhati jahat. Anda semua harus mencontohi ketiga raja dari Timur, yang datang dengan niat yang tulus untuk menyembah sang raja orang Yehudi itu,” tandasnya.

Ketulusan mereka, lanjutnya, tercermin dari kerelaan membawa barang berharga mahal seperti emas, kemenyan dan mur.

Karena mahal, biasanya barang itu hanya dipersembahkan kepada orang yang sangat terhormat. Dan itu tepat, sebab bayi yang baru dilahirkan itu adalah raja terhormat, yang kekuasan-Nya melampaui segala raja, termasuk Herodes.

Kita tentu, tidak dituntut untuk membawa barang mahal untuk dipersembahkan kepada Yesus. Tetapi, dengan mengabdikan kemampuan atau potensi yang ada dalam diri kita, untuk kebaikan sesama, itu tidak kalah berharganya dari emas, kemenyan dan mur yang dibawa orang majus dari Timur.

Dengan cara itu, maka kita sesungguhnya sudah bisa menjadi terang dan berkat bagi sesama.

“Ketika Anda menjadi terang dan berkat bagi sesama, maka Anda sesungguhnya sudah mewujudkan tugas missioner Anda di tengah dunia,” tutup Uskup.