Volkswagen Bermitra dalam Ekosistem Baterai EV Indonesia Kata Menteri Bahlil

Hila Bame

Monday, 17-04-2023 | 12:25 pm

MDN

 

 

JAKARTA , INAKORAN

Volkswagen akan membangun ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia dan akan bermitra dengan penambang Vale, Ford dan produsen mineral baterai Cina Zhejiang Huayou Cobalt, kata menteri investasi negara Asia Tenggara itu.

Pembuat mobil mendekati Indonesia untuk bahan baku yang digunakan dalam memproduksi baterai EV, yang mencapai sekitar 40 persen dari harga stiker kendaraan, yang bertujuan untuk memangkas biaya dan menutup celah pada pemimpin pasar EV Tesla.

Menteri Bahlil Lahadalia mengatakan pada hari Minggu bahwa Volkswagen, pembuat mobil terbesar di Eropa, akan bekerja sama dengan Vale, Ford, Huayou, penambang Perancis Eramet dan beberapa perusahaan Indonesia seperti Merdeka Gold Copper, induk perusahaan Merdeka Battery, dan perusahaan energi Kalla Group.

Kemitraan tersebut akan terdiri dari usaha patungan dan pasokan bahan baku, katanya dalam pernyataan video dari Jerman, di mana delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo menghadiri pameran industri Hannover Messe dan bertemu dengan perwakilan perusahaan termasuk raksasa kimia Jerman BASF, Eramet dan Volkswagen .

Secara terpisah, pernyataan yang dikeluarkan kantor Widodo menyebutkan investasi Volkswagen akan dilakukan oleh unit baterai PowerCo.

Sementara itu, Bahlil mengatakan BASF juga telah menyatakan minatnya untuk membangun pabrik yang memproduksi bahan baterai, bermitra dengan Eramet, di Provinsi Maluku Utara, Indonesia, dengan total investasi sekitar $2,6 miliar.

BASF tidak segera menanggapi permintaan komentar, tetapi perusahaan pada bulan Januari mengatakan rincian rencana investasinya dengan Eramet akan diumumkan setelah penilaian selesai.

Bahlil mengatakan minat investasi oleh perusahaan Eropa akan menghilangkan kekhawatiran bahwa manajemen tambang Indonesia "tidak mengikuti standar internasional."

Widodo, yang akrab disapa Jokowi, mengatakan kepada Reuters bulan lalu bahwa Indonesia akan meningkatkan pemantauan standar lingkungan untuk pertambangan nikel, di tengah kekhawatiran atas dampak produksi logam tersebut.

Volkswagen, Ford, Eramet, Kalla Group, Huayou, dan Merdeka Gold Copper tidak segera menanggapi permintaan komentar. PT Vale Indonesia menolak berkomentar.

Indonesia yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia berusaha mengembangkan industri hilirisasi logam yang pada akhirnya bertujuan untuk memproduksi baterai dan kendaraan listrik.

Bulan lalu, Ford menandatangani investasi pertamanya di Indonesia dengan bergabung dengan Vale Indonesia dan Huayou di pabrik pengolahan nikel senilai $4,5 miliar di Sulawesi Tenggara.

Volkswagen bulan lalu mengatakan berencana untuk menginvestasikan 180 miliar euro ($ 193 miliar) selama lima tahun di berbagai bidang termasuk produksi baterai dan sumber bahan baku.

 

 

Sumber: Reuters

 

KOMENTAR