Warga Myanmar Desak Jepang Akui Keberadaan Badan Anti-Junta

Binsar

Monday, 03-05-2021 | 06:13 am

MDN
Ribuan penduduk Myanmar di Jepang turun ke jalan pada hari Minggu untuk meminta negara tuan rumah mereka mengakui Pemerintah Persatuan Nasional, sebi lalu uah organisasi yang didirikan untuk menentang kudeta militer 1 Februar [ist]

 

 

Jakarta, Inako

Ribuan penduduk Myanmar di Jepang turun ke jalan pada hari Minggu untuk meminta negara tuan rumah mereka mengakui Pemerintah Persatuan Nasional, sebuah organisasi yang didirikan untuk menentang kudeta militer 1 Februari, sebagai badan pemerintahan yang sah Myanmar.

Sambil meneriakkan agar Jepang mengakui NUG dan memutuskan hubungan dengan junta saat mereka berbaris di pusat Tokyo, acara serupa terjadi di Korea Selatan dan Taiwan dan dijadwalkan di Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya dalam apa yang disebut peserta sebagai "Myanmar Global. Hari Revolusi Musim Semi."

Dibalut pakaian hitam dan masker wajah hitam, para peserta mengecat tiga jari kedua tangannya dengan warna merah untuk melambangkan darah sekitar 750 demonstran damai dan warga lainnya yang tewas, menurut kelompok pemantau aktivis, oleh pasukan keamanan di Myanmar.

"Bebaskan, bebaskan para pemimpin kami," teriak mereka, mengacu pada pemimpin yang ditahan Aung San Suu Kyi dan anggota senior partainya lainnya, Liga Nasional untuk Demokrasi. "Kenali, kenali NUG."

Diluncurkan pada 16 April oleh anggota parlemen NLD, pemimpin protes anti-kudeta dan perwakilan dari kelompok etnis minoritas, NUG menuntut agar junta segera menghentikan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa, membebaskan Suu Kyi dan tahanan lainnya, dan memulihkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis.

 

 

"Kami, kaum muda Myanmar, memimpin dalam menggelar demonstrasi anti-junta di seluruh dunia hari ini," kata seorang wanita berusia 28 tahun, salah satu penyelenggara acara di Tokyo yang hanya ingin diidentifikasi sebagai Swe.

"Kami ingin pemerintah Jepang mengambil tindakan khusus seperti menangguhkan semua proyek ODA (bantuan pembangunan resmi) yang menguntungkan militer Myanmar," kata Swe kepada wartawan.

Lae Lae Lwin, 30, seorang perawat Myanmar yang bekerja di Jepang, mengatakan secara terpisah bahwa tidak masuk akal bagi Jepang untuk tidak mendukung NUG sebagai pemerintah yang sah karena Tokyo telah mengutuk kudeta tersebut dan mendesak junta untuk membebaskan Suu Kyi dan tahanan lainnya. dan memulihkan proses politik demokrasi Myanmar.

"Kami tidak ingin Jepang mengabaikan keinginan rakyat Myanmar," katanya. "Kami ingin Jepang berpihak pada kami, bukan militer."

KOMENTAR