Dinilai Cocok Dengan Potensi Alam, Kalimantan Utara Mulai Kembangkan Wisata Alam

Binsar

Saturday, 27-04-2019 | 07:14 am

MDN
Hutan mangrove di tarakan kalimantan utara [ist]

Nunukan, Inako –

Pengembangan wisata berbasis potensi alam dinilai paling cocok untuk dikembangkan di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Utara.

Hal itu diungkapkan oleh Generasi Pesona Indonesia (Genpi) yang melihat potensi alam Kaltara sebagai kekuatan yang bisa dikembangkan guna menarik ribuan wisatawan berkunjung ke daerah itu.

Menurut Genpi, potensi pariwisata yang lebih tepat dikembangkan di Kabupaten Nunukan, Kaltara adalah wisata alam, mengingat sejumlah lokasi di daerah itu masih sangat alami dan belum pernah terjamah tangan manusia serta memenuhi standar untuk penelitian (riset).

“Sejumlah lokasi di daerah itu masih sangat alami dan belum pernah terjamah tangan manusia serta memenuhi standar untuk penelitian (riset), kata Ketua Genpi Nunukan, Rici Sugianto di Nunukan, Sabtu lalu.

Ia menyebut beberapa contoh wisata ayang ada di sana antara lain arung jeram yang terletak di Sungai Pensiangan sepanjang Kecamatan Lumbis, Lumbis Ogong hingga wilayah perbatasan dengan Negeri Sabah, Malaysia.

Sepanjang sungai yang berhulu di Malasia ini pada sisi kiri dan kanan terdapat hutan lebat dimana di dalamnya terdapat berbagai jenis kayu khususnya jenis ulin.

Kayu ulin tersebut berukuran cukup besar dengan usia diperkirakan ratusan tahun. Namun, kata Rici, keberadaannya kayu itu belum dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah daerah dalam menarik wisatawan mancanegara.

Padahal, jika kondisi alam atau hutan dimanfaatkan maksimal tidak tertutup kemungkinan menjadi pusat riset bagi mahasiswa dari luar negeri. Sambil ber-arung jeram sepanjang perjalanan menggunakan jalur sungai.

Bukan hanya itu, potensi wisata alam lainnya yang sangat layak dikembangkan di Kabupaten Nunukan adalah hutan-hutan yang dihuni oleh bekantan.

Sebut saja misalnya, hutan di Sei Ular Kecamatan Seimenggelaris, Tanjung Cantik di Desa Binusan Kecamatan Nunukan dan Mantikas di Kecamatan Sebatik Barat.
Ditambah pula potensi wisata kuliner dan pasar di Pulau Sebatik dimana saat bertransaksi bisa menggunakan dua mata uang yakni rupiah (mata uang Indonesia) dan ringgit (mata uang Malaysia).

Menurut Rici, jika potensi-potensi wisata ini benar-benar dikembangkan maka wisman akan tertarik ke Kabupaten Nunukan.
 

KOMENTAR