BELAJAR DARI RUNTUHNYA POLITIK SAMBOISME

Hila Bame

Saturday, 01-10-2022 | 17:56 pm

MDN

 

Oleh. : H.  Adlan Daie 
Pemerhati politik dan sosial keagamaan

JAKARTA, INAKORAN

Kasus pembunuhan Yousua oleh Irjend polisi Ferdy Sambo yang viral berbulan bulan memenuhi ruang publik di beragam platform media sosial secara politik katakanlah dengan sebutan dan istilah "politik samboisme" mengirim pesan minimal dua hal penting :


Pertama, Sambo adalah potret seburuk buruknya pejabat "abuse of power". Sambo trampil mempergunakan otoritas dan kewenangan di tangannya untuk melipat lipat kebohongan demi kepentingan kuasanya dengan rekayasa nyaris sempurna secara terstruktur, sistemik dan massif (TSM).


Lord Action, politisi moralis Inggris menyebut "politik samboisme" di atas dalam definisi "power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely". Kekuasaan cenderung sewenang wenang. Makin absolut kekuasaannya makin sewenang wenang se jadi jadinya. Dengan kata lain, arogan dan angkuh.


Kedua, hasil akhir terjungkalnya sambo dari "kursi" kekuasaannya secara cepat meskipun diback up berlapi lapis nyaris tak tersentuh adalah pelajaran bahwa akal sehat publik selalu bekerja dan menemukan jalan takdirnya melakukan perlawanan terhadap apapun dan siapa pun yang menjalankan kekuasaan secara se wenang wenang.


Al qur'an mengingatkan "politik samboisme" di atas dengan diksi "attakatsur", yakni politik berlebih lebihan memuntahkan nafsu kuasanya sampai lupa  bahwa ia makin dekat ke jurang "maqobir", kuburan kematiannya minimal mempercepat "lengser" dari singgasana dan otoritas kekuasaannya secara nista dan nestapa.


Di sini pelajaran pentingnya adalah bahwa kekuasaan politik penting untuk selalu diingatkan, dikritik dan dikontrol agar marwah, martabat dan moralitasnya selalu terawat dari kemungkinan koruptif dan sewenang wenang.Terhindar dari  "politik samboisme" yang tamak, rakus dan koruptif.


Absennya kritik dan kontrol sosial publik justru merugikan kekuasaan itu sendiri menjadi tidak sehat, mudah melahirkan penyakit "obesitas" kekuassan yang cenderung otoriter dan koruptiff. Makin otoriter dan koruptif justru resikonya makin mempercepat senja umur kekuasaannya.


Karena itu penting bagi penguasa politik di mana pun dan di level apapun untuk mengingat kata "hikmah" Glisogi dalam bukunya "Lying and honesty", agar terhindar dari penyakit "politik samboisme", yaitu :


"Jangan pernah menyembunyikan kebohongan untuk merawat kekuasaan. Karena kebenaran akan selalu menemukan jalannya seperti bayangan matahari selalu menemukan pemiliknya saat matahari beranjak pergi"

 

 

TAG#ADLAN

201285546

KOMENTAR