Blatter Sarankan Untuk Memindahkan Piala Dunia 2022 Dari Qatar
Jakarta, Inako
Mantan Presiden FIFA, Sepp Blatter telah menyerukan agar Piala Dunia 2022 dipindahkan dari Qatar, dengan alasan kekhawatiran akan korupsi.
Saat ini, Blaster sedang menjalani larangan untuk tidak terlibat dalam aktivitas sepakbola selama enam tahun terkait pelanggaran etika dan korupsi dalam proses awal penentuan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
"Jerman bisa melakukannya, tetapi ini akan berarti Piala Dunia dipentaskan di Eropa lagi setelah 2018," kata Blatter dalam sebuah wawancara dengan Bild.
"Amerika Serikat bisa melakukannya bukan 2026; mereka mampu, itu bukan ilmu roket. Mereka juga memiliki pengalaman 1994," sambungnya.
Piala Dunia Qatar 2022 hanya akan memiliki 32 tim dan bukan 48. Terkait skorsing larangan aktif dalam kegiatan sepakbola, mantan presiden FIFA itu menjelaskan bahwa hal itu merupakan strategi yang sengaja dirancang pihak tertentu untuk menjatuhkan dirinya.
Baca Juga: Presiden FIFA: Kompetisi Tidak Akan Digelar Jika Pandemi Coronavirus Belum Berakhir Seratus Persen
Baca Juga: Dunia Dilanda Virus Corona, Presiden FIFA: Tidak Usah Panik
"Penyelidikan adalah bagian dari rencana besar terhadap saya," tegasnya.
"Luar biasa bahwa penyelidik melihat kontrak normal yang saya tandatangani dengan CFU [Karibia Football Union]."
Ia menilai, semua hal itu akan diselesaikan pada waktunya. Dengan demikian, seharusnya FIFA melakukan rehabilitasi nama baiknya.
Blatter adalah presiden FIFA selama 17 tahun terakhir. Ia mengundurkan diri selang beberapa hari setelah ia terpilih kembali sebagai presiden FIFA untuk kelima kalinya
Pengunduran diri Blatter terjadi setelah skandal baru menerpa FIFA, yaitu terungkapnya keterlibatan Sekertaris Jenderal FIFA, Jerome Valcke, dalam skandal suap US$ 10 juta untuk mengamankan Afrika Selatan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2010.
Sebelumnya, dalam dokumen-dokumen tuntutan yang diajukan oleh Kejaksaan Agung Amerika Serikat, terungkap bahwa ada aliran uang sebesar US$ 10 juta yang dibayarkan untuk mantan Wakil Presiden FIFA, Jack Warner.
Baca Juga: FIFA Setujui 6 Stadion Venue Piala Dunia U-20 Tahun 2021
Uang dikirimkan oleh seorang petinggi FIFA dari rekening FIFA di bank Swiss kepada rekening bank Amerika Serikat yang dikendalikan Warner.
Menurut The New York Times, pihak otoritas Amerika Serikat percaya bahwa Valcke adalah orang yang memerintahkan adanya pembayaran tersebut.
Demikian pula dengan FIFA yang pada Selasa (2/6) telah mengularkan bantahan resmi tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa uang US$ 10 juta dialirkan sesuai dengan prosedur organisasi dan juga disetujui oleh Grondona dan bukan Valcke.
Baca Juga: Bukan Hanya Piala Eropa 2020, Kualifikasi Piala Dunia 2022 Amerika Latin, Juga Ditunda
Namun, hanya berselang satu jam setelah bantahan FIFA, Press Association mengeluarkan surat bukti yang memperlihatkan bahwa Valcke mengetahui adanya aliran dana US$ 10 juta tersebut.
Tuduhan suap di proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2010 itu adalah salah satu dari 47 kasus korupsi, suap, dan juga kejahatan terorganisir yang dituduhkan oleh pihak otoritas Amerika Serikat kepada para petinggi FIFA, dengan kejahatan terentang selama lebih dari 20 tahun terakhir.
Sebelumnya, pada Rabu (27/5) kepolisian Swiss telah menahan sembilan orang petinggi FIFA dan mengumumkan bahwa total 14 orang akan ditangkap karena kasus tersebut.
Di tengah badai skandal terbesar dalam sejarah sepak bola tersebut, Blatter tetap terpilih kembali sebagai presiden FIFA setelah satu-satunya penantang dalam Kongres FIFA, yaitu Pangeran Ali bin Al-Hussein dari Yordania, mengundurkan diri.
TAG#Piala Dunia, #2022, #Piala Dunia 2022, #Qatar, #Sepp Blatter, #usulan Blatter, #sanksi Blatter, #korupsi, #sepakbola
188624068
KOMENTAR