Harga Minyak Dunia Kembali Turun: Kekhawatiran Kelebihan Pasokan

Sifi Masdi

Thursday, 15-05-2025 | 08:28 am

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak dunia mengalami penurunan pada Rabu (14/5), setelah data pemerintah Amerika Serikat (AS) mengungkapkan lonjakan tak terduga dalam persediaan minyak mentah. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan terjadinya kelebihan pasokan di pasar global.

 

Mengutip laporan Reuters, harga minyak Brent untuk kontrak berjangka turun 54 sen atau sekitar 0,81% ke level US$66,09 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 52 sen atau 0,82% menjadi US$63,15 per barel.

 

Sebelumnya, kedua acuan harga minyak ini sempat diperdagangkan mendekati level tertingginya dalam dua pekan terakhir, terdorong oleh meredanya ketegangan perang dagang antara AS dan China. Namun, sentimen positif ini tak mampu bertahan lama.

 

Harga minyak mulai melemah setelah laporan mingguan dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS meningkat sebesar 3,5 juta barel menjadi total 441,8 juta barel dalam sepekan terakhir. Angka ini sangat bertolak belakang dengan proyeksi para analis yang memperkirakan adanya penurunan sebesar 1,1 juta barel.

 


BACA JUGA:

Rekomendasi Saham Pilihan: Kamis (15/5/2025)

Harga Emas Antam Naik Rp 2.000 per Gram : Rabu (14/5/2025)

Harga Minyak Dunia Melonjak 2,57%: Dampak Kesepakatan Tarif AS-China


 

Selain itu, impor bersih minyak mentah AS juga tercatat naik sebanyak 422.000 barel per hari, yang turut memperkuat kekhawatiran pasar terhadap pasokan berlebih.

 

Data serupa juga ditunjukkan oleh American Petroleum Institute (API), yang pada Selasa (13/5) melaporkan lonjakan stok minyak mentah sebesar 4,3 juta barel. “Kenaikan stok dalam data API jelas tidak membantu,” ujar analis UBS, Giovanni Staunovo, mengomentari pelemahan harga minyak.

 

Di sisi lain, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama sekutunya dalam aliansi OPEC+ terus meningkatkan produksi dan pasokan ke pasar global. Namun menariknya, pada Rabu OPEC merevisi turun proyeksi pertumbuhan pasokan dari negara-negara non-OPEC+ termasuk AS, tanpa mengubah proyeksi permintaan global.

 

“Mereka tidak mengubah proyeksi permintaan, tapi justru menambah pasokan,” ujar Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho. “Pada titik tertentu, kelebihan pasokan ini akan membanjiri pasar dan mendorong harga turun lebih dalam.”

 

Faktor lain yang turut menekan harga minyak adalah penguatan nilai tukar dolar AS. Dolar yang lebih kuat membuat harga minyak—yang dihitung dalam dolar—menjadi lebih mahal bagi pembeli dari negara lain, sehingga mengurangi permintaan global.

 

Kombinasi antara meningkatnya stok minyak, lonjakan impor, kenaikan pasokan global, dan penguatan dolar AS menjadi tekanan ganda bagi harga minyak dunia. Dalam jangka pendek, para investor akan terus memantau perkembangan pasokan dan kebijakan OPEC+ guna menentukan arah pasar berikutnya.

 

 

KOMENTAR