Iran Anggap Serangan Israel Receh, Harga Minyak Langsung Anjlok 4%

Sifi Masdi

Monday, 28-10-2024 | 12:55 pm

MDN
Fasilitas minyak Iran [ist]

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak mentah global  pada perdagangan Senin, 28 Oktober 2024, mengalami penurunan tajam lebih dari 4%, setara dengan penurunan sekitar USD 3 per barel. Penurunan ini terjadi pasca-serangan udara Israel terhadap Iran yang ternyata tidak menargetkan fasilitas energi atau nuklir Iran, sehingga tidak mempengaruhi pasokan minyak global.

 

Serangan Israel akhir pekan lalu menargetkan beberapa lokasi strategis di Iran, termasuk pabrik rudal dan lokasi militer lainnya di sekitar Teheran dan Iran bagian barat. Namun, serangan ini tidak menyasar infrastruktur minyak ataupun fasilitas nuklir, sehingga kekhawatiran pasar akan gangguan pasokan energi tidak terbukti. Hal ini mengurangi ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah dan memberikan efek langsung pada pasar minyak.

 

Harga minyak mentah berjangka Brent turun 4,2%, atau setara USD 3,17, menjadi USD 72,88 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) di AS merosot 4,4% atau USD 3,1, berada di level USD 68,65 per barel.

 

Harga kedua acuan minyak ini sebelumnya sempat mengalami lonjakan 4% pada pekan lalu akibat kekhawatiran akan eskalasi konflik setelah Israel diserang rudal oleh Iran pada 1 Oktober lalu. Kenaikan tersebut mencerminkan kecemasan pasar yang berspekulasi tentang kemungkinan respons Israel yang lebih besar dan dampaknya pada stabilitas pasokan minyak.

 

Menurut Saul Kavonic, analis energi di MST Marquee, pendekatan terbatas Israel dalam serangan ini, termasuk penghindaran terhadap fasilitas energi, memberi harapan akan deeskalasi ketegangan di Timur Tengah. Faktor ini menjadi sentimen positif bagi pasar minyak yang selama ini sensitif terhadap isu geopolitik di kawasan kaya energi tersebut.

 

Kavonic menilai langkah Israel ini membuka peluang bagi peredaan konflik dengan syarat Iran tidak memberikan respons balik dalam bentuk serangan lanjutan. Hal ini sejalan dengan harapan banyak pihak yang menginginkan stabilitas di kawasan, terutama terkait keamanan pasokan energi yang menjadi perhatian utama pasar global.

“Terlepas dari pasang surut berita konflik di Timur Tengah, tren keseluruhan tetap menunjukkan potensi eskalasi. Jika putaran serangan lain terjadi, besar kemungkinan harga minyak akan kembali melonjak,” kata Kavonic dalam wawancaranya dengan Reuters.

 

 


 

 

 

KOMENTAR