Kaledonia Baru, Teritori Perancis di Luar Benua Eropa
Seri II Perjalanan ke Kaledonia Baru
Oleh: Tjoki Aprianda Siregar
Kaledonia Baru, Inako
Kaledonia Baru merupakan salah satu teritori atau wilayah seberang lautan Perancis di Samudera Pasifik yang sangat jarang diketahui kebanyakan orang Indonesia. Wilayah-wilayah Perancis lainnya di kawasan yang sama yang mungkin pula belum pernah terdengar atau belum diketahui sebagian besar masyarakat Indonesia adalah Polinesia Perancis (French Polynesia) dan Wallis and Futuna. Sementara di Samudera Hindia, teritori Perancis meliputi antara lain, pulau-pulau Reunion dan Mayotte. Di kawasan Samudera Atlantik, wilayah Perancis terdapat di pulau-pulau Guadelopue, Martinique, Saint-Martin, Saint-Barthelemy, Saint Pierre dan Miquelon.
Penerbangan yang ditumpangi penulis mendarat di Bandara La Tontouta, Noumea, menjelang tengah malam sebelum Tahun Baru China yang baru lalu. Meski proses pemeriksaan lembar isian kondisi kesehatan penumpang, serta proses keimigrasian dan kepabeanan yang mereka lalui berlangsung relatif cepat dan lancar, diperlukan sekitar hampir 2 jam bagi bus-bus yang mengangkut mereka ke hotel-hotel tempat karantina untuk berangkat. Penulis baru dapat beristirahat di hotel menjelang jam 3 dinihari dalam keadaan kurang tidur dan melelahkan. Kaledonia Baru mewajibkan setiap penumpang penerbangan yang baru tiba untuk dikarantina di hotel-hotel atas tanggungan pemerintah setempat.
Pulau utama Kaledonia Baru pertama kali dikunjungi penjelajah Inggris terkenal, Kapten James Cook, pada 4 September 1774, dalam penjelajahan keduanya. Cook menamakan pulau yang ditemukannya tersebut “Kaledonia Baru”, untuk mengingatkannya pada sebuah pulau di Timur Laut Skotlandia. Selanjutnya pada tahun 1788, penjelajah Perancis, Jean-Francois de Galaup, menyisir pantai Barat pulau yang dinamakannya “Grande Terre” setelah James Cook menamakannya “Kaledonia Baru”, dan Kepulauan Loyalty, yang kemudian menjadi bagian teritori Kaledonia Baru, ditemukan pada tahun 1796. Sejak saat itu hingga tahun 1840, hanya beberapa kontak sporadis dengan wilayah itu yang tercatat. Kontak kemudian menjadi lebih sering setelah tahun 1840, karena minat pendatang saat itu terhadap kayu cendana Kaledonia Baru.
Perancis di bawah pemerintahan Napoleon III pada tanggal 24 September 1853 menguasai Kaledonia Baru secara formal. Laksamana Febvrier Despointes sebagai wakil pemerintah Perancis mendirikan Port-de-France pada 25 Juni 1854. Port-de-France kemudian berubah namanya menjadi Noumea, ibukota Kaledonia Baru saat ini. Kaledonia Baru selanjutnya dijadikan lokasi penjara seberang lautan bagi para penjahat dan tahanan politik Perancis di Eropa. Pada tahun 1864, nikel ditemukan di tepi Sungai Diahot. Societeit Le Nikel (SLN) didirikan pada tahun 1876, dan kegiatan pertambangan dimulai. Para pekerja dikirim Perancis dari pulau-pulau tetangga, kemudian dari Hindia Belanda (sekarang menjadi Indonesia) dan Indochina Perancis (saat ini menjadi negara-negara Vietnam, Laos dan Kamboja).
Setelah sempat dijadikan Amerika Serikat (AS) sebagai basis penting Sekutu dalam Perang Dunia II dan lokasi Markas Besar Angkatan Laut dan Angkatan Darat AS di Pasifik Selatan pada bulan Maret 1942 hingga berakhirnya perang, Kaledonia Baru menjadi wilayah seberang lautan Perancis pada tahun 1946. Pada tahun 1953, semua warga Kaledonia Baru diberikan status kewarganegaraan Perancis tanpa memandang latar belakang etnis dan strata sosial mereka. Sebagai konsekuensi, penguasaan bahasa Perancis secara aktif oleh seluruh warga Kaledonia Baru beretnis Melanesia dan Polinesia justru diwajibkan, dan bahasa Perancis diajarkan di sekolah-sekolah formal sejak dini. Berbeda dengan warga pribumi Hindia Belanda yang hanya mereka dari kalangan bangsawan atau terpandang yang diperbolehkan belajar bahasa Belanda.
Populasi orang Polinesia dan Eropa secara bertahap meningkat menyusul booming nikel pada tahun 1969-1972, dan warga Melanesia yang merupakan warga asli menjadi minoritas, meski masih menjadi kelompok etnis terbesar.
Penulis tersentak tersadar dari keasyikan membaca informasi mengenai Kaledonia Baru dari berbagai sumber di internet ketika mendengar ketukan keras pintu kamar hotel tempat karantina, Petugas hotel memberitahu bahwa waktu berjemur di luar kamar tiba. Para penghuni kamar yang notabene para penumpang penerbangan yang baru tiba dari luar negeri diminta berjemur di bawah matahari secara berjadwal per kelompok dan bergantian waktunya selama masing-masing satu jam di area kolam renang, pekarangan depan, dan tempat-tempat terbuka di sekitar bangunan hotel.
Sembari berjemur di bawah hangatnya matahari Pasifik, staf Perwakilan Indonesia di Noumea yang diteks melalui pesan whatsapp oleh penulis, menginformasikan bahwa pekerja-pekerja dari Hindia Belanda kebanyakan berasal dari pulau Jawa, yang sebagian besar keturunannya saat ini masih tinggal di Kaledonia Baru dan menjadi warganegara Perancis. Sebagian berusia lanjut masih dapat berbahasa Jawa dan Perancis meski tidak bisa berbahasa Indonesia. Jumlahnya belum diketahui pasti, namun diperkirakan ribuan orang, sedikitnya mungkin 3000 orang. Adapun jumlah penduduk Kaledonia Baru menurut data statistic Pacific Community adalah 273,015 orang pada tahun 2020.
Penulis adalah pegawai Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, saat ini bertugas di Konsulat Jenderal Indonesia di Noumea, Kaledonia Baru.
TAG#Kaledonia Baru, #Tjoki Aprianda Siregar, #Destinasi, #Perancis, #Pasifik, #Wilayah Perancis
182194908
KOMENTAR