Klarifikasi Pihak Seminari Bunda Segala Bangsa Maumere Terkait Hukuman Terhadap 77 Siswa Sekolah Itu

Binsar

Wednesday, 26-02-2020 | 13:28 pm

MDN
Pertemuan Pihak Seminari Bunda Segala Bangsa Maumere dengan orang tua Siswa kelas VII [ist]

OLeh: Tommy Duang

Maumere, Inako

Dalam dua tiga hari terakhir ini publik Maumere-Flores diguncangkan oleh berita-berita di beberapa platform media daring tentang 77 siswa kelas VII Seminari ST. Maria Bunda Segala Bangsa Maumere yang dihukum menyentuh feses atau kotoran manusia dengan bibir atau lidah oleh kakak kelas mereka.

Menanggapi berita-berita tersebut, RD. Deodatus Du’u, selaku Pimpinan Seminari Maria Bunda Segala Bangsa mengeluarkan press release. Ada tiga hal yang disampaikan dalam press release tersebut, yaitu kronologi peristiwa, beberapa penegasan, dan permohonan maaf pihak seminari.

Simak Video Inakoran.com dan jangan lupa klik subscribe and like

 

Kronologi Peristiwa

Peristiwa menyentuhkan kotoran manusia pada bibir atau lidah 77 siswa ini terjadi pada Rabu, 19 Februari 2020, pukul 14.30-15.00 WITA. Peristiwa tersebut bermula ketika seorang siswa kelas VII membuang kotorannya sendiri pada sebuah kantong plastik dan menyembunyikannya di sebuah lemari kosong yang terletak di kamar tidur unit bina SMP kelas VII.

Pada pukul 14.00 WITA, dua orang siswa kelas XII yang bertugas menjaga kebersihan unit kelas VII menemukan kotoran tersebut. Karena temuan itu, mereka mengumpulkan siswa-siswa kelas VII di asrama untuk dimintai informasi. Berkali-kali kedua siswa kelas XII ini meminta informasi dari para siswa kelas VII, tetapi tidak ada satu pun dari antara mereka yang memberikannya.

Karena marah, salah seorang siswa kelas XII tersebut mengambil kotoran itu dengan senduk makan lalu menyentuhkannya pada bibir atau lidah siswa-siswa kelas VII. Perlakuan tersebut berbeda pada masing-masing anak. Setelah itu, kedua siswa kelas XII itu meminta supaya peristiwa tersebut dirahasiakan dari para Pembina (Romo dan Frater) dan orang tua.

Peristiwa ini baru diketahui oleh para Pembina pada hari Jumat, 21 Februari 2020 dari salah satu siswa kelas VII yang datang bersama orang tuanya untuk melaporkan kejadian tersebut. Menyikapi laporan itu, para Pembina memanggil siswa kelas VII dan kedua siswa kelas XII tersebut untuk dimintai keterangan.

Pada hari Selasa, 25 Februari 2020 (pukul 09.00-11.15) para Pembina dan orangtua siswa kelas VII mengadakan pertemuan bersama. Dalam pertemuan tersebut hadir pula kedua siswa kelas XII dan para siswa kelas VII.

Dalam pertemuan tersebut, persoalan ini dibicarakan secara serius, penuh keterbukaan dan kejujuran. Para orangtua menyayangkan peristiwa tersebut dan berharap semoga tidak terulang kembali di masa depan.

Sebagai bentuk pembinaan, kedua siswa kelas XII bersangkutan dikeluarkan dari Seminari Bunda Segala Bangsa. Sementara para siswa kelas VII mendapat pendampingan dan pendekatan lebih lanjut dari para Pembina untuk menghindari trauma dan memulihkan mental.  

Beberapa Penegasan

Selanjutnya, dalam poin kedua press release tersebut, pihak Seminari menyampaikan lima butir penegasan, yakni,

Pertama, Penggunaan terminologi “makan” oleh beberapa media saat memberitakan peristiwa ini, kurang tepat, sebab yang sebenarnya terjadi adalah salah seorang siswa kelas XII “menyentuhkan” senduk yang berisikan feses pada bibir atau lidah siswa kelas VII.

Kedua, Peristiwa ini terjadi di kamar tidur unit bina SMP kelas VII dan bukan di ruang kelas.

Ketiga, Peristiwa ini tidak dilakukan oleh Pembina atau pendamping (Romo dan Frater) tetapi oleh salah seorang siswa kelas XII.

Keempat, Pihak Seminari Bunda Segala Bangsa bukannya tidak mau diwawancarai, melainkan ingin terlebih dahulu melakukan pertemuan internal untuk kemudian disampaikan kepada media pada waktunya.

Kelima, Pihak Seminari Bunda Segala Bangsa tidak pernah melakukan pembiaran terhadap segala bentuk kekerasan dan bullying dalam bentuk apapun, dan selalu bertindak tegas apabila terjadi hal-hal demikian.

Permohonan Maaf

Dalam nomor ketiga press release itu, pihak Seminari Bunda Segala Bangsa menyampaikan permohonan maaf sedalam-dalamnya kepada semua pihak, teristimewa kepada orangtua dan keluarga para siswa kelas VII.

Mereka juga menyampaikan terima kasih atas segala kritik, saran, nasehat dan teguran. Semua itu sangat berarti bagi proses pembinaan di waktu-waktu yang akan datang. Mereka juga berharap agar lembaga ini terus didoakan dan didukung supaya menjadi lebih baik.

KOMENTAR