Kuasai Bahasa Rusia, Sejumlah Mahasiswa Jepang Yakin Bisa Berperan Dalam Perdamaian Ukraina – Rusia

Binsar

Wednesday, 06-04-2022 | 16:12 pm

MDN
Ilustrasi

 

 

Jakarta, Inako

Sejumlah mahasiswa Jepang merasa yakin bisa menjadi mediator perdamaian Rusia-Ukraina. Mereka yakin, penguasaan bahasa Rusia menjadi modal mereka mewujudkan niat tersebut.

"Saya ingin mengambil pekerjaan yang akan memanfaatkan kemampuan bahasa Rusia saya," kata Sakurako Mitsushima, mahasiswa tahun keempat Universitas Osaka di Jepang barat yang belajar di Universitas Negeri Moskow.

Sakurako menuturkan, impian untuk hidup di Moskow terhenti setelah serangan militer Rusia yang kini telah memasuki bulan kedua. Serangan Rusia ke Ukraina menyebabkan kematian lebih dari 1.400 warga sipil dan menyebabkan lebih dari 4 juta lainnya mengungsi.

Mitsushima mengatakan dia merasakan perubahan drastis di atmosfer di Moskow sejak 24 Februari, ketika operasi militer Rusia dimulai. Dia melihat tanda dan stiker bertuliskan "Tanpa Perang" dipasang di dinding dan tiang di mana-mana di kota. Mereka kemudian akan dihapus hanya untuk segera muncul kembali.

 

"Saya terkejut melihat bagaimana suasana antiperang meningkat," kata wanita berusia 21 tahun itu.

Dia juga melihat seorang pemrotes anti-perang mengangkat plakat bertuliskan "Saya sudah muak dengan pembunuhan."

Mitsushima mengatakan dia dijadwalkan untuk tinggal sampai Juni tetapi memutuskan untuk pulang lebih awal, khawatir tentang bagaimana dia akan dapat mempertahankan kehidupan sehari-harinya mengingat negaranya termasuk daftar negeri yang dinilai tidak bersabahabat oleh Rusia.

Sesaat sebelum naik pesawat untuk meninggalkan Rusia pada 4 Maret, dia menceritakan bagaimana dia dipenuhi dengan emosi karena keadaan yang memaksanya untuk pergi.

Saat mengambil kelas online dengan universitas di Moskow, dia menekankan perlunya interaksi antara orang-orang di Jepang dan Rusia.  Orang Rusia, karanya, tidak boleh dianggap jahat karena tindakan para pemimpin mereka.

 

Seorang mahasiswa tahun keempat di Universitas Studi Asing Tokyo, yang masa tinggalnya juga dipersingkat terlalu tiba-tiba, juga percaya bahwa sekarang adalah saat yang tepat untuk memanfaatkan keterampilan bahasanya.

Mahasiswa berusia 22 tahun, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan dia baru saja memasuki Rusia pada bulan Februari untuk belajar di Universitas St Petersburg. Ia kembali ke Jepang pada 9 Maret.

Selama periode singkat di sana, ia sering mengunjungi teater untuk menonton balet dan akhirnya berteman dengan staf di sana. Dia ingat salah satu anggota staf mengatakan kepadanya bahwa dia tidak melihat perang ini perlu.

Mimpinya adalah mengundang perusahaan balet dari luar negeri untuk tampil di Jepang.

"Saya berharap akan ada perdamaian segera dan saya bisa menyampaikan ke Jepang budaya Rusia dan Ukraina," katanya.

KOMENTAR