Kurs Rupiah 3 September: Spot Terdepresiasi Pada 14.822

Hila Bame

Monday, 03-09-2018 | 16:09 pm

MDN
Mata Uang Rupiah (inakoran.com)

Jakarta, Inako

Fluktuasi Rupiah pada hari Senin (3/9/2018) kembali merosot pada level Rp14.700 per dolar Amerika Serikat (AS),  karena kebijakan moneter AS yang kian ketat, dibarengi dengan krisis Turki dan Argentina yang semakin parah.

Pada penutupan perdagangan Jumat (31/8), rupiah berdiri di posisi Rp14.710 per dolar AS merosot 30 poin atau 0,20% dari posisi penutupan sesi perdagangan hari sebelumnya. Secara year-to-date (ytd) rupiah tercatat melemah 7,8%.

Pada sesi yang sama rupiah sempat melemah ke posisi Rp14.750 per dolar AS, tercatat sebagai level terendah selama dua dekade.

“Pelemahan rupiah terparah dibandingkan dengan mata uang emerging market lainnya karena posisi pembayaran eksternal Indonesia terlampau lemah, terutama karena defisit akun berjalannya. Hal itu tidak jauh berbeda dengan kondisi 20 tahun lalu saat krisis terjadi di Asia dan kelayakan kredit eksternal rupiah yang terlalu lemah,” ungkap Prakash Sakpal, ekonom ING Groep NV, dikutip dari Bloomberg, Sabtu (1/9/2018).

Dengan semakin banyak investor yang membuat aset Argentina dan Turki, sejumlah negara dengan defisit akun berjalan seperti Indonesia dan India dipastikan mengalami pelemahan yang cukup parah.

Kemerosotan mata uang peso Argentina dan lira Turki mengakhiri kestabilan rupiah dalam beberapa waktu belakangan setelah Bank Indonesia menaikkan suku bunga hingga empat kali sejak pertengahan Mei.

Laporan dari Bank of America Merrill Lynch menunjukkan bahwa aksi jual yang terjadi belakangan ini semakin menambah tekanan pada bank sentral untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut.

“Kondisi eksternal masih menjadi faktor utama pelamahan rupiah, seperti yang kami antisipasi. Kami memperkirakan akan ada kenaikan suku bunga lebih lanjut dengan besaran yang cukup untuk mengatasi masalah eksternal, bukan untuk masalah domestik,” kata Mohamed Faiz Nagutha, ekonom Merrill Lynch.

 

KOMENTAR