Masalah Lahan dan Perizinan Bikin Investor Ogah Lirik Indonesia

Sifi Masdi

Saturday, 07-09-2019 | 12:21 pm

MDN
Deputi Senior BI Destry Damayanti [ist]

Jakarta, Inako

Ada beragam faktor yang menyebabkan Indonesia tidak dilirik oleh investor. Bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat mengungkap kekesalan lantaran ada 33 perusahaan yang hengkang dari China, tapi tak satu pun pindah ke Indonesia.

Rasa kesal itu disampaikan Jokowi dalam rapat terbatas membahas antisipasi perkembangan perekonomian dunia, di kantor Presiden, Rabu (4/9/2019). Menurut catatan Bank Dunia, dari 33 perusahaan tersebut, 23 pindah ke Vietnam, dan 10 sisanya memilih ke Malaysia, Kamboja, dan Thailand.

Kondisi tersebut jelas menjadi pekerjaan rumah  bagi pemerintah. Bahkan Presiden Jokowi sampai kesal dibuatnya. Lantas apa saja sebenarnya yang jadi persoalan? Berikut informasi selengkapnya:

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengaku sependapat dengan Presiden Jokowi. BI juga heran mengapa Indonesia kalah menarik dari Vietnam.

"Pak Presiden kan menjadi concern kenapa ada 33 perusahaan yang dari China pergi. Kenapa mereka pindah, kan untuk ngirimkan ke AS juga susah kan, kok nggak ada yang masuk ke RI," ujarnya di Museum Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (6/9/2019).

BI, kata Destry, juga ikut menelusuri mengapa 33 perusahaan itu ogah masuk ke Indonesia. Menurutnya salah satu penyebabnya lantaran mereka keberatan dengan perizinan di Indonesia.

"Memang kemudian kita telusuri. Satu hal yang memang membuat mereka berat itu perizinan. Kalau misalnya masalah wilayah, tenaga kerja dan sebagainya itu kan sesuatu yang bisa diukur. Itu bisa ditempatkan ke dalam perhitungan mereka, visibility mereka. Tapi yang tak bisa diukur adalah perizinan, selesainya kapan, pembebasan lahan," terangnya.

Destry menjelaskan saat ini memang secara keseluruhan aliran dana asing yang masuk masih mencapai Rp 170 triliun. Tapi kebanyakan masuk ke pasar saham dan obligasi. Sementara ekonomi RI saat ini lebih butuh investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) memang.

"Akan lebih bagus jika ini diimbangi masuknya FDI yang lebih besar," tutupnya.

 

KOMENTAR