Membaca Peluang Tiga Pasangan Calon Pilkada Indramayu 2024

Hila Bame

Thursday, 29-08-2024 | 14:15 pm

MDN

 

Oleh : H. Adlan Daie 
Analis politik dan sosial keagamaan

JAKARTA, INAKORAN

Hampir pasti pilkada Indramayu 2024 diikuti tiga pasangan calon, yaitu pasangan Bambang Hermanto - Kasan Besari, pasangan Lucky Hakim - Syaefudin dan pasangan Nina Agustina - Tobroni.

Ketiga pasangan calon memiliki peluang sama, tidak dapat dibaca dalam potret survey yang beredar di ruang media publik dan media sosial selama ini.

Survey hanyalah bersifat "pothoshot", bersifat "sesaat" pada hari saat survey dilakukan, tidak mencerminkan hasil pilkada kelak pada tanggal 27 November 2024. Variabel variabel kejutan politik bisa menjungkir balikan hasil survey.

Koalisi partai partai pengusung pasangan calon baik koalisi "jumbo" (besar) maupun "ramping" (kecil) tidak menjamin apapun untuk menang pilkada 2024 kecuali ditopang gerak mesin partai dan relawan dengan ketrampilan memainkan basis isu rekayasa persepsi publik secara "magnitik" elektoral.

Tidak ada teori dan riset data elektoral pasangan "incumbent" misalnya akan memenangkan kontestasi jika kontestasi diikuti lebih dari dua pasangan calon. Pemilih mayoritas mutlak (60%) digerakkan oleh motive "kesukaan", bukan tekanan "intimidatif".

Ketergantungan rakyat terhadap tokoh kecil sekali (4%) dalam hal pilihan politik kecuali dalam konteks rujukan keagamaan ketergantungan publik terhadap tokoh agama sangat besar misalnya tentang penentuan hari raya. 

Di era media sosial demografi pemilih di Indramayu telah memiliki "smartphone" (82%) sangat berpengaruh dalam pilihan publik meskipun pemilih di indramayu yang aktif mengikuti dinamika politik lokal di media sosial relatif kecil (20%), demikian temuan salah satu lembaga survey (2024).

Pola "serangan fajar" model pilihan kepala desa dengan area geografi sempit dalam konteks pilkada dengan arena sangat luas berdasarkan riset survey Profesor Burhanudin Muhtadi hanya mampu mendongkrak 5% hingga 8% dari seluruh "angpao" yang ditaburkan. 

Problemnya tipologi pemilih mana yang efektif bisa "disogok" dengan cara "curang" tersebut tidak sederhana dan rumit, seolah olah mayoritas publik "pragmatis" bisa disogok.. Justru tak jarang rakyat lebih piawai "ambil duitnya", urusan "milih" di bilik rahasia TPS.

Jadi, jangan membayangkan pilihan rakyat begitu mudah ditaklukkan dengan "angpao" dan tekanan "intimidatif'", bahkan oleh cara cara birokrasi "gentong babi" yang menjijikkan sekalipun. 

Mesin penggerak partai dan relawan hingga level akar rumput hanya mampu mendulang elektoral sejauh terampil memainkan "blow up" isu isu lokal dalam rekayasa persepsi publik hingga masuk dalam suasana kebatinan pemilih.

Namun terlepas dari perspektif elektoral di atas hal penting ditekankan di sini adalah bahwa ketiga pasangan calon tersebut layak diapresiasi, berani tampil "menghibahkan" diri untuk menjadi calon pemimpin Indramayu dalam periode lima tahun ke depan.

Pemimpin politik dalam definisi H. Agus Salim, diplomat  legendaris Indonesia, adalah "jalan menderita", yakni ibarat "atap" menjadi orang pertama yang bersedia ditampar terik matahari di kala panas dan penahan air di kala hujan untuk melindungi  rakyat dibawah "naungan" kepemimpinannya.

Itulah "kemuliaan" pemimpin politik. Karena itu permainan "curang" dalam bentuk apapun harus dihindari bersama agar tidak mencederai prinsip "luber" (langsung umum bebas rahasia) dan "jurdil" (jujur dan adil) dalam proses "kemuliaan" kontestasi pilkada 2024. 

Kontestasi pilkada Indramayu 2024 yang berlangsung "curang" akan menghasilkan "man off Cntradiction", mengutip Bend Bland, lain di mulut, lain di hati,  tutur kata mungkin  "beradab" tapi perilaku politik "biadab". Ambyaaaar !!!
 

 

 

TAG#ADLAN

176484246

KOMENTAR