Membaca Posisi PKB di Panggung Muktamar NU Lampung 2021

Hila Bame

Friday, 15-10-2021 | 21:26 pm

MDN

 


Oleh : Adlan Daie
Analis politik/Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat

 

JAKARTA, INAKORAN

Membaca posisi PKB di panggung Muktamar. NU ke 34.yang akan digelar tanggal  23 - 25 Desember 2021 di.Provinsi Lampung Sumatera tentu tidak sederhana. PKB dibawah Gus Muhaimin sangat fasih memaknai dictum Otto Van Bismoch, politisi Jerman abad 19 bahwa "politics is the art off  the possible", politik adalah seni mendesain kemungkinan dengan segala varian opsi dan kalkulasi baik benefit maupun defisit politiknya.


Pengalaman politik Gus Muhaimin yang relatif panjang memimpin PKB dan kekayaan literasi politiknya sulit dijebak oleh permainan opini untuk menggiringnya berdiri di satu blok tertentu sebagaimana kerangka tulisan berjudul "Perebutan ketum PKB dimulai dari perebutan ketum PBNU" di.mana konstruksinya meletakkan PKB bagian dari back up politik KH. Said.Aqil.Sirodj  "vis a vis" Gus Yahya yang dipetakan didukung jaringan Kementerian Agama dan network GP. Ansor dalam peta kontestasi Muktamar NU di Lampung.

Meskipun kemungkinan di atas sah secara politik  penulis membaca kemungkinan lain yang lebih "resonable" bahwa kontestasi di antara keduanya sebagai kandidat ketum PBNU dalam konteks Muktamar NU di Lampung justru adalah salah satu kepiawaian Gus Muhaimin mendesain sendiri opsi politiknya. Artinya, kontestasi di antara keduanya adalah "kemenangan" dini desain politik PKB. Dua duanya memiliki "DNA" PKB baik di level historis pendiriannya maupun rancang bangun dan proses perjalanan PKB.


Itulah sudut pandang penulis dalam konstruksi membaca kemungkinan posisi PKB di panggung Muktamar NU Lampung.  PKB tidak akan berdiri ekstrim di.kubu tertentu untuk menghindari "turbulensi" politk bagi PKB sendiri pasca Muktamar. Siapa pun kelak di antara keduanya yang terpilih tidak akan keluar dari frame kepentingan politik PKB dibawah Gus Muhaimin meskipun style  keberpihakannya terhadap PKB tentu akan berdeda orkestrasi politiknya. Mereka.terikat oleh kesamaan "DNA" PKB.


Dalam konteks di atas daya tarik Muktamar NU di Lamoung yang tersisa adalah pertarungan di antara "faksi faksi" di level PBNU dan varian pendukungnya ke level pengurus wilayah (provinsi) dan cabang (kab/kota). Dengan kata kata lain, jika KH. Said Aqil terpilih kembali tentu sebagaian besar "gerbong lama" PBNU akan  aman dan sebaliknya jika Gus Yahya terpilih menjadi ketua umum PBNU hampir pasti formasi "kabinet" PBNU untuk masa khidmat lima tahun ke depan akan diisi gerbong baru. Di titik inilah pertarungan di Muktamar NU Lampumg akan berlangsung seru dengan "manuver manuver" zig zag nya.


Tentu penulis sepenuhnya menyadari bahwa kelenturan politik NU dan pengalamannya dalam dinamika politik sangat panjang, mengutip Burhanudin Muhtadi, analis politik, putera.seorang tokoh NU di rembang. NU adalah "kekecualian" polititk" yang sangat rumit untuk disederhanakan dalam satu dua perspektif di atas. Selalu terbuka perspektif lain untuk membaca  kemungkinan baru.tak terduga dari panggung Muktamar NU di Lampung.


Sambil mencermati dinamika politik di atas mari.kita nikmati panggung Muktamar NU di Lampung sebagai "hiburan politik" warga NU untuk memperkuat imunitas batin pasca tertekan pandemi covid 19 nyaris selama.dua tahun. Setidaknya menurut Gusdur "orang NU" yang gampang "putus asa" jika  terlalu lama sepi dari "hiburan politik" agak terobati.

Tabiiiiik !
 

 

KOMENTAR