Membaca Takdir Politik Puan Maharani

Timoteus Duang

Friday, 25-03-2022 | 05:54 am

MDN
H. Adlan Daie

 

Oleh: H. Adlan Daie [Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat (2009 - 2021)]

Jakarta, Inako

Takdir politik mengantarkan Puan Maharani menjadi Ketua DPR RI periode 2019- 2024, perempuan pertama di posisi puncak dalam sejarah parlemen di Indonesia.

Sekretaris Jenderal (sekjend) "Inter Parliamentary Union" (IPU) Martin Chungong menyebut Puan Maharani sebagai simbol "Perempuan pemimpin dunia" dalam acara "Assembly & Related Meeting" yang diselenggarakan di Nusa Dua Bali pada pertengahan Maret 2022.

Kakeknya, Soekarno, presiden pertama dan ibundanya Megawati Soekarnoputeri presiden perempuan pertama dalam sejarah Republik Indonesia.

Inilah pencapaian jenjang karier politik serba "pertama" dari keluarga yang konsisten dalam pilihan perjuangan politik yang sulit dicapai oleh keluarga politik lain dalam sejarah politik modern di Indonesia hingga beberapa puluh tahun ke depan.

 

Memang capaian karier politik Puan Maharani sulit dipisahkan dari nama besar kakeknya, Soekarno dan ayah bunda nya, Taufik Kiemas dan Megawati Soekarnoputeri. Itulah takdir politik Puan Maharani yang tak dapat dihindarkan.

Akan tetapi di sisi lain justru karena dalam lingkungan keluarga politik itu pula Puan Maharani lahir, tumbuh dan besar dapat menyaksikan peristiwa politik dari dekat hingga membentuk gestur dan ketangguhan daya juang politiknya. Mengasah minat dan ketekunannya berjuang di jalan politik secara berjenjang dan tidak instan.

Pada Pileg 2009, Puan Maharani untuk pertama kalinya terjun  di arena politik praktis dengan menjadi calon anggota DPR RI dari PDIP, partai yang dipimpin ibundanya dari Daerah Pemilihan (Dapil) Solo Raya Jawa Tengah dan berhasil terpilih dengan raihan suara tertinggi kedua dari seluruh caleg lintas partai.

Tahun 2012 Puan Maharani ditunjuk sebagai ketua fraksi PDIP DPR RI sekaligus ketua DPP PDIP bidang politik. Dua jabatan politik ini adalah "kawah candradimuka" bagi Puan Maharani mengasah keterampilan politiknya dalam konteks mengorganisasi kekuatan internal politik PDIP.

Pada pileg 2014 dari dapil yang sama, yakni dapil Solo Raya Jawa Tengah Puan Maharani kembali terpilih menjadi anggota DPR RI dengan raihan "suara" tertinggi dari seluruh caleg lintas partai seluruh Indonesia.

 

Akan tetapi Jokowi yang terpilih menjadi presiden RI menunjuknya untuk mengabdi di lingkungan eksekutif menjadi Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK). Pada pileg 2019 Puan Maharani kembali terpilih menjadi anggota DPR RI dan mengantarkannya sebagai Ketua DPR RI.

Dua jabatan politik terakhir adalah area politik lebih luas di mana Puan Maharani diuji untuk memainkan peran politik lintas partai politik dan kebijakan politik lintas segmentasi sosial.

Deskripsi singkat tentang biografi dan jejak langkah politik Puan Maharani di atas baik pada level infrastruktur politik partai maupun supra struktur politik negara untuk sedikit memberi "catatan kaki" bahwa Puan Marahani nyaris satu satunya tokoh politik perempuan yang memiliki pengalaman politik, kompetensi dan relasi diplomatik internasional sangat memadai untuk tampil dalam kontestasi Pilpres 2024.

Basis representasi politiknya yang kokoh di akar rumput, rekam jejak dan posisi politiknya jelas akseptabel untuk menghadirkan orkestrasi politik negara menuju "Indonesia maju" dengan segala peluang dan tantangan jaman yang mengikutinya.

 

Tentu tugas dan tanggung jawab selanjutnya adalah di pundak seluruh kader PDIP, para relawan dan tim media untuk "memasarkan" Puan Maharani secara elektoral di ruang publik.

Rezim elektoral "popular vote" yang dianut dalam kontestasi Pilpres "kejamnya" tidak selalu melahirkan kepemimpinan politik dengan rekam jejak politik yang jelas melainkan faktor "selebritas" instan yang dibranding secara politik.

Itulah tantangannya dan di situ pula ruang kemungkinan bagi Puan Maharani untuk meraih takdir politiknya dalam kontestasi Pilpres 2024.

Wassalam.

KOMENTAR