Peneliti: Berteriak Dapat Meningkatkan Hormon Stres Pada Anak

Binsar

Friday, 21-02-2020 | 14:44 pm

MDN
Ilustrasi [ist]

Inakoran.com

Mungkin banyak orangtua yang beranggapan bahwa berteriak kepada anak itu merupakan hal yang biasa-biasa saja. Karena itu, memanggil dengan nada tinggi alias berteriak dianggap wajar-wajar saja.

Akan tetapi, para peneliti dari lembaga American Academy of Pediatrics mengatakan bahwa berteriak dapat meningkatkan hormon stres pada anak.

Bukan hanya itu, berterika juga bisa menyebabkan perubahan dalam arsitektur dalam otak kecil si anak.

Karena berteriak berdampak negatif terhadap perkembangan psikologis anak, maka para peneliti menyarankan para orang tua untuk memahami hal-hal berikut ini.

Berikut hal-hal yang disarankan para peneliti untuk dilakukaj para orang tua terhadap anak sebagaimana dilasir di laman huffpost.com.

Simak Video Inakoran.com dan jangan lupa klik subscribe and like

 

Tepuk dahi ketika muncul dorongan untuk berteriak

Anjuran ini mungkin terdengar aneh, tetapi ada dasarnya. Untuk diketahui, kemarahan itu berasal dari sistem limbik yang merupakan emosional dari otak. Bagian otak yang lebih berpikir dan rasional adalah korteks prefrontal membantu pengambilan keputusan dan terletak tepat di belakang dahi.

Untuk menghindari teriakan karena amarah, coba letakkan tangan di dahi dan tarik napas dalam-dalam untuk menahan dorongan tersebut. Ini akan membantumu berpikir secara lebih rasional dan terukur melihat perilaku anak.

Mengeluarkan energi berteriak melalui pernyataan positif

 

Salurkan energi untuk berteriak dengan mengungkapkan kata-kata yang tidak mengandung makna yang jahat atau menyakitkan anak.

Gunakan intonasi suara yang tepat

Berhenti berteriak pada anak dan katakan apa yang harus kamu katakan dengan intonasi suara yang tepat, agar anak tidak fokus pada kemarahanmu sebagai orangtua.

Ketika kamu menemukan intonasi suara yang tepat, anak akan menerima apa yang coba kamu sampaikan dengan lebih mudah.

Sampaikan hal yang sama secara berulang-ulang

Berteriak terjadi karena orang tua ingin anaknya melakukan sesuatu hanya dengan sekali perintah. Sementara faktanya, tidak semua anak langsung melakukan sesurtau hanya dengan sekali perintah.

Karena itu, orang tua perlu menyampaikan hal itu secara berulang-uang dan hal itu tidak berarti bahwa orang tua gagal

Dalam banyak hal, anak perlu mendengar hal yang sama secara berulang sampai mereka benar-benar bisa memahaminya.

Berteriak hanya dengan masksud untuk melindungi

Kemarahan itu sendiri adalah emosi yang dirancang untuk mengubah perilaku. Terkadang, orangtua berteriak untuk melindungi anak dan ini adalah jenis teriakan yang berbeda.

Meninggikan suara untuk memberi tahu anak ada bahaya. Tugasmu sebagai orangtua adalah menjaga keamanan anak dan terkadang berteriak akan membantu.

KOMENTAR