Pengangguran Terbuka Terbanyak dari Lulusan Perguruan Tinggi, kata Kemenaker

Hila Bame

Tuesday, 26-10-2021 | 16:22 pm

MDN
[ilustrasi]

 

JAKARTA, INAKORAN

Apa yang dimaksud dengan pengangguran terbuka?

Pengangguran terbuka merupakan tenaga kerja yang sunguh-sungguh tidak memiliki pekerjaan. 

Pengangguran jenis ini   cukup banyak karena memang belum memperoleh pekerjaan, padahal telah berusaha secara maksimal.

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mengatakan tingkat pengangguran terbuka (TPT) saat ini banyak berasal dari jenjang pendidikan tinggi.


baca:  

Daftar Instansi yang Menggunakan Syarat TOEFL CPNS 

 


 

Hal ini disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenaker Anwar Sanusi dalam webinar terkait Strategi Pengembangan Sistem Informasi Pasar Kerja Nasional pada pada awal Juli 2021. 

 

"Dari sisi TPT, banyak sekali dari mereka yang berpendidikan tinggi," kata Anwar

Menurutnya,  masyarakat dari lulusan sekolah menengah ke bawah justru banyak yang tidak menganggur. 

Anwar menjelaskan, dalam sensus penduduk tahun 2020, ada 272 juta penduduk Indonesia.

Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara keempat dengan penduduk terbesar di dunia, setelah China, India, dan Amerika Serikat (AS).

Dari jumlah tersebut penduduk usia kerja Indonesia mencapai angka sekitar 205,36 juta.

Sementara, yang masuk dalam tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sebesar 68,08 persen atau setara dengan 139,81 juta, sisanya bukan angkatan kerja.

"Yang masuk partisipasi angkatan kerja kita cukup tinggi," kata Anwar.

Lebih lanjut Anwar menambahkan, dari data tersebut, jumlah penduduk Indonesia yang sudah bekerja berjumlah 131,06 juta, termasuk para pekerja informal.

Sedangkan 8,75 juta penduduk atau sekitar 6,26 persen TPAK masuk dalam jumlah pengangguran terbuka atau TPT.

Anwar pun mengatakan, sekitar 6,97 persen lulusan universitas dan 6,61 persen lulusan diploma merupakan pengangguran terbuka lulusan universitas.

Sedangkan, persentase penyerapan penduduk usia kerja terdiri dari, lulusan SD sebanyak 37,41 persen,

lulusan SMP dan SMA sebanyak 37,34 persen,

lulusan SMK 12 persen, dan

lulusan pendidikan tinggi setingkat universitas dan diploma sebanyak 12 persen.

Menurut dia, hal tersebut menunjukkan profil ketenagakerjaan didominasi dari pendidikan menengah ke bawah.

"Kalau kita lihat dari sisi pengangguran ternyata lulusan menengah ke bawah banyak dari mereka yang tidak menganggur," kata Anwar.

 

"Kenapa mereka tidak menganggur, karena kebanyakan dari mereka bekerja di sektor yang tidak membutuhkan keahlian spesifik, yang penting bekerja.

Kebanyakan dari mereka bekerja di sektor pertanian," ujar Anwar.

Menurut Anwar, data ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk semakin meningkatkan keterampilan pada angkatan kerja.

 

Peningkatan keterampilan melalui pelatihan juga perlu diberikan bagi angkatan kerja pendidikan tinggi agar selaras dengan pasar kerja.

"Bagi pendidikan tinggi harus juga kita lakukan skilling agar mereka betul-betul match dengan kebutuhan-kebutuhan pekerjaan tersebut," ujarnya.

"Kita ingin memiliki Pusat Pasar Kerja, tempat bertemunya permintaan dan penyediaan.

 

Permintaan terkait dengan jasa ketenagakerjaan dan permintaan seseorang untuk bisa bekerja," pungkas Anwar.

 

KOMENTAR