PKB DALAM SURVEY LITBANG KOMPAS

Hila Bame

Wednesday, 23-02-2022 | 10:36 am

MDN

 

 


Oleh. : H. Adlan Daie
Pemerhati politik elektoral dan sosial keagamaan.

JAKARTA, INAKORAN

Survey Litbang Kompas, sebuah desk khusus penelitian dan pengembangan (litbang) dengan sumber daya profesional terlatih dan standart kode etik tinggi di bawah management "Kompas", yakni media mapan, independen, netral dan tidak "by order" -  semata mata bagian dari tanggung jawab moral jurnalistik - kembali membuktikan apa yang dulu menjadi temuan lembaga survey SMRC (Saful Mujani Research and Consulting) tahun 2018 bahwa PKB adalah partai paling kuat memiliki daya ikat "party identification" dalam persepsi pemilihnya.


"Party identification" atau disingkat "party idi" dalam studi riset politik elektoral tentang  "prilaku pemilih" adalah derajat komponen psyikhologis untuk mengukur "kesetiaan" pemilih terhadap sebuah partai politik. Dalam konteks ini pemilih PKB dalam temuan terbaru survey Litbang "Kompas" adalah pemilih "paling setia" menjadikan PKB sebagai identitas pilihan politik atau menjadi "DNA" politiknya. Sulit berpindah ke "lain hati" sejauh PKB normal tidak mengalami "turbulensi" atau goncangan politik internal yang dahsyat jelang pemilu seperti pernah dialami pada pemilu tahun 2009.


Dalam rilis survey litbang Kompas tanggal 22 Pebruari 2022 ditemukan fakta bahwa pemilih PKB pada pemilu 2019 sebesar 9, 81 % mayoritas dari mereka, yakni 78% tetap setia akan memilih PKB kembali pada pemilu 2024, tertinggi level kesetiaan pemilihnya dibanding partai partai lain.  Temuan survey ini secara tidak langsung hendak menjelaskan bahwa PKB tidak perlu "galau" membaca dinamika relasi NU PKB akhir akhir ini. Pemilih PKB memiliki tingkat kesetiaan yang tinggi melampaui relasi struktural NU PKB. Inilah yang menjelaskan bahwa siapa pun "imam" (baca: tokoh) hendak memindahkan "kiblat" pilihan pemilih PKB sulit diikuti oleh "makmum" pemilihnya.


Basis sosial pemilih setia PKB adalah pemilih partai NU tahun 1955 dengan raihan elektoral 18%., Yakni berdasarkan hasil penelitian Clifford Geezr dalam bukunya "priyayi, abangan santri" (1956)  adalah rumpun pemilih santri. Dalam konteks partai NU santri adalah komunitas sosial yang memiliki keterikatan dengan sistem sosial yang dibentuk jaringan pesantren NU. Itulah basis sosial pemilih setia PKB  hari ini. Secara demografis pemilih partai NU dan PKB misalnya dapat dibaca  di Jawa Timur sama sama berbasis di wilayah "tapal kuda" (Tuban sd Banyuangi plus Madura dan di Jawa Tengah berbasis di pesisir pantai utara Jawa.


Di sisi lain di wilayah "mataraman" Jawa, yakni kabupaten/kota bekas "taklukan" kerajaan Mataram Islam meskipun berpenduduk mayoritas muslim dengan pengamalan tradisi "tahlilan" disebut Clifford Gerzt rumpun pemilih "abangan", yakni loyalis pemilih partai "nasionalis". Tradisi "tahlilan" dalam persepsi mereka adalah tradisi "slametan" masyarakat jawa. Tidak dipahami sebagai khas identitas santri meskipun dalam konteks NU hari ini mereka disebut "NU kultural" atau "warga NU".


Dalam konteks kekuatan "party idi" di atas itulah di mana pemilih PKB relatif paling setia menurut survey terbaru litbang Kompas maka bukan sebuah kemustahilan bagi PKB untuk mengejar raihan partai NU sebesar 18%, dua kali lipat dari raihan PKB pada pemiku 2019 sebesar  9, 62% tentu sejauh PKB mampu secara detil mengidentifikasi rumpun pemilih santri  tanpa terlalu jauh "nyasar" ke rumoun pemilih abangan dengan ongkos politik padat modal  tapi miskin hasil.

 

 

TAG#PKB, #ADLAN

163526392

KOMENTAR