Puasa Jalan Spiritual Kekuasaan Yang Rakus

Hila Bame

Friday, 17-03-2023 | 13:57 pm

MDN

 

 

 

Oleh. : H. Adlan Daie
Pemerhati politik dan sosial keagamaan

JAKARTA, INAKORAN

Ramadlan 1444 segera tiba, tidak sekedar hadir sebagai kewajiban "syari'at" untuk berpuasa, yakni menahan diri dari makan, minum dan lain lain yang membatalkan puasa


Ramadlan bukan panggung politik "lenggak lenggok" safari ramadlan pamer kesholehan artifisial dan bagi bagi THR dengan selfi selfi secara narsis dan menjijikan di ruang publik.


Ramadlan hadir harus lebih dari sekedar hal hal di atas melainkan dalam konteks politik harus dimaknai sebuah jalan spritual atas apa yang disebut George Orwill "binatangisme politik", sebuah proses "revolusi mental" mencegah kekuasaan politik tidak berwatak rakus dan berprilaku koruptif sejak dari desain kebijakan politik.


Imam Al Ghazali dalam kitabnya "Ihya Ulumuddin", mengutip Al qur 'an  memaknai tujuan puasa ramadlan  "La'allakum Tattaqun" (Q.S. Al Baqarah 183), yakni membentuk karakter dan mental yang tangguh dan jauh dari mental "attakastur" (Q.S. Attakastur 1-8), jauh dari nafsu melampaui batas.  


Dengan kata lain Ramadlan secara spiritual harus dihadirkan untuk melatih mental mencegah akal akalan politik "menipu rakyat" yang di era politik modern tak jarang justru kemampuan pencitraan politik "menipu rakyat" dimaknai keberhasilan berpolitik.


Watak kekuasaan memang cenderung "attakatsur", bermuslihat melampaui batas  kewenangan yang dimilikinya, cenderung bernafsu kotor hendak menguasai pikiran rakyat dengan kuasa ancaman dan dalam praktek birokrasi modern dipersulit pihak pihak manapun yang diandaikan berpotensi menjadi rival politiknya.


Lord Action, sejarawan moralis Inggis (1887) menggambarkan watak dasar kekuasaan di atas dengan diksi terkenal "power tens to corrupt, absolute power corrupts absolutely", kekuasaan cenderung koruptif makin besar kuasanya makin gila gilaan watak dan prilaku koruptifnya. Mulai dari "ngakali" rakyat hingga teman seiring pun disingkirkan jika mengganggu jalan nafsu kuasa politiknya.


Dalam sejarah peradaban kekuasaan politik hadir menjadi "dlolim" dan otoriter terhadap rakyat karena rakyat apatis mendiamkan kedoliman. Itulah sebabnya Ali bin Abi Thalib RA mengingatkan bahwa "kedloliman akan selalu ada bukan karena banyaknya orang jahat, tapi karena diamnya orang orang baik".


Perspektif imam Al Ghazali dalam kita "ihya" di atas lebih tajam menyimpulkan bahwa "rakyat rusak karena pemimpinnya rusak. Pemimpin rusak karena para ulama nya palsu. Ulama palsu (syu') karena menghamba dunia dan jabatan" ("ihya  Juz II). Tipe ulama seperti  ini dulu oleh Gusdur dalam acara "Humor dan politik" (1992) disebut "mafia tul ulama".


Musnahnya bangsa 'Ad , "Tsamud" dan tersungkurnya Fir'un  Q.S . Al Fajr 7) adalah pelajaran otentik dari Al qur an bahwa  nafsu "politik at takastur" dan "mengakali" kekuasaan untuk merawat kepentingan kekuasaannya sendiri hanyalah mempercepat galian lubang "jatuh terhina" se hina hina nya ("asfala safilin")


Berkali kali sejarah politik modern memberi kesaksian betapa banyak politisi dan penguasa yang dulu dipuja puja dan di back up kekuatan "beton politik" lalu dengan mudah tersungkur dihujat rakyatnya sendiri justru karena alpa  "berpuasa" dan membatasi diri dari kecenderungan politik "At takastur" atau berlebih lebihan. 


Back up politik yang dibangga banggakan rontok karena keangkuhan dan prilaku "binatangisme" kuasa politiknya.


Inilah makna spritual politik dari tujuan berpuasa ramadlan, yakni "la 'allakum  tat taqun" bahwa puasa bagi para penguasa di level manapun dan kekuasaan versi apapun adalah sensor mental spritual untuk "isi ulang" kesadaran memproteksi diri dari godaan nafsu "politik At takastur", sewenang dan melampaui batas (thaghut).


Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadlan 1444 H, semoga kita dilimpahi kekuatan lahir batin dan penuh khusyuk untuk menjadikan puasa.ramadlan sebagai "vaksin yang imun" dari watak kekuasaan yang berlebihan dan "binatangisme politik" yang primitif dan  angkuh.
 

 

TAG#ADLAN, #PUASA

130116154

KOMENTAR