RI Terus Berjuang Agar Pencak Silat Masuk Olimpiade dan Diakui UNESCO
Bogor, Inako –
Pemerintah Indonesia melalui PB IPSI terus berjuang agar olahraga Pencak Silat menjadi salah satu cabang olahraga yang akan dipertandingkan di Olimpiade. Bersamaan dengan itu, PB IPSI juga terus melobi UNESCO agar Pencak Silat mendapat pengakuan sebagai warisan leluhur khas Indonesia.
Upaya ini bukan tanpa alasan, sebab mengacu pada sejumlah litaratur yang ditelusuri, olahraga ini memang berasal dari nenek moyang bangsa Indonesia.
Untuk mewujudkan dua goal di atas, pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga terus membangun komunikasi dengan pemerintah negara-negara lain guna mendapatkan dukungan sehingga Pencak Silat bisa dipertandingkan di Olimpiade.
Kemenpora menyadari bahwa komunikasi dan kemitraan merupakan faktor kunci dalam mengakselerasi perjuangan Indonesia untuk menghantar cabang olahraga Pencak Silat menuju fora Olimpiade. Apalagi pemerintah Indonesia, atas prakarsa langsung dari Presiden Jokowi, telah mengirimkan surat kepada IOC, untuk mengajukan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2032.
Hal tersebut disampaikan Staf Ahli Bidang Kerja sama Kelembagaan, Drs. Chandra Bhakti, M.Si, saat memberikan pengarahan sekaligus membuka Focus Group Discussion (FGD) dengan topik utama "Pencak Silat Road To Olympic", Selasa (9/4/2019) di Green Peak Hotel, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Menurut Chandra Bhakti, Kemenpora melalui Staf Ahli Bidang Kerja sama Kelembagaan terus berikhtiar membangun komunikasi dengan pihak IOC. Komunikasi itu dilakukan dengan menggandeng pihak Komite Olimpiade Indonesia (KOI) untuk lebih meyakinkan pihak IOC. Pemerintah, lanjut Chandra Bhakti, juga berkomunikasi dengan otoritas olahraga RRT agar pencak silat juga tetap dipertandingkan pada Asian Games tahun 2022 di Shinjian, RRT.
Chandra Bhakti yang juga Plt. Deputi IV Menpora Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga ini, menegaskan, pemerintah bersikap proaktif sekaligus terbuka menerima masukan dari segenap stakeholders olahraga pencak silat, untuk memastikan pencak silat menjadi cabang resmi di Olimpiade.
Focus Group Discussion (FGD), yang dipandu moderator Fransiskus Roi Lewar ini, menghadirkan beberapa narasumber yang kompeten di bidangnya, seperti: Direktur Lembaga Kajian dan Aksi Kebangsaan (LKAK) Viktus Murin, Ketua IPSI, Fahmi Idris, Suyadi Pawiro dari Biro Perencanaan Kemenpora RI, Staf Ahli Menpora RI Bidang Ekonomi Kreatif, Dr. Jonni Mardizal, dan Yohanes Don Bosco Doho, M.Si, dosen dari LSPR Jakarta.
Dalam paparannya, Viktus Murin mengatakan, pencak silat merupakan bagian dari identitas tradisi, budaya, dan olahraga Indonesia yang patut dilestarikan dan dikembangkan secara berkelanjutan sebagai bagian dari kebanggaan kolektif bangsa Indonesia.
Viktus menjelaskan, raihan prestasi pencak silat di kancah olahraga internasional, khususnya pada ajang Asian Games 2018 di Jakarta, merupakan bagian dari diplomasi Indonesia dalam pergaulan antar-negara. Namun demikian, belajar dari raihan prestasi tersebut, maka Indonesia harus terus mempersiapkan diri untuk terus meraih prestasi di kancah dunia.
"Pencak Silat sebagai olahraga khas Indonesia, mesti terus ditingkatkan kualitas pembinaannya untuk dapat berbicara di kancah olahraga tertinggi dunia yakni Olimpiade. Membawa pencak silat ke arena Olimpiade adalah tanggung jawab kolektif dari pemerintah dan segenap stakeholders olahraga," tandas Sekjen Presidium GMNI periode 1999-2002.
Senada dengan Viktus, Ketua IPSI, Fahmi Idris, lebih memberi penekanan pada pentingnya kemitraan dari berbagai elemen bangsa untuk memperjuangkan pencak silat sebagai cabang olahraga resmi di Olimpiade.
Sementara Suyadi Pawiro dari Biro Perencanaan Kemenpora RI menguraikan soal pentingnya pemerintah dan seluruh stakehokders olahraga mengampanyekan pencak silat secara masif, agar pencak silat lolos menjadi cabang olahraga resmi di Olimpiade.
Ekonomi Kreatif Pemuda
Pada sesi FGD bidang kepemudaan, Rabu (10/4/2019), hadir memberikan arahan kepada peserta FGD adalah Staf Ahli Menpora RI Bidang Ekonomi Kreatif, Dr. Jonni Mardizal, yang sekaligus menutup FGD ini.
Jonni Mardizal menegaskan, pemerintah melalui Kemenpora RI terus memacu program-program pembangunan kepemudaan yang berbasis pada ekonomi kreatif. Apalagi, lanjut Jonni Mardizal, dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0 atau era digitalisasi.
"Kemenpora bahkan memacu pengembangan potensi ekonomi kreatif hingga ke desa-desa. Para pemuda di desa memiliki potensi yang besar mengingat pemerintah saat ini, sesuai Nawacita Presiden Jokowi, telah menjadikan desa sebagai fokus pembangunan. Membangun negeri dari desa," tegas Jonni Mardizal.
Narasumber lainnya, Yohanes Don Bosco Doho dari London School, menekankan pentingnya kreativitas pemuda untuk menumbuhsuburkan budaya ekonomi kreatif pada lingkungan pemuda.
Sedangkan praktisi kepemudaan yang juga mantan Asisten Deputi Kemenpora, Mandir Ahmad Syafii menegaskan pentingnya para pemuda meningkatkan ketrampilan di bidang digitalisasi, guna membuka akses atau jejaring untuk memasarkan hasil ekonomi kreatif.
Sementara itu, Vincen de Ornai, Tim Asistensi Kemenpora mengatakan, supervisi kegiatan FGD sesi olahraga dan sesi kepemudaan ini dilakukan secara optimal oleh Staf Ahli Bidang Kerja sama Kelembagaan dan Staf Ahli Bidang Ekonomi Kreatif, semata-mata untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing para atlet dan pemuda Indonesia.
TAG#FGD, #Kemenpora, #PB IPSI, #Olimpiade, #UNESCO
186110221
KOMENTAR