Tjoki Siregar: Kepastian Hukum Dorong Investor Asing Buka Usaha di Singapura
Jakarta, Inako
Pengamat hubungan luar negeri Tjoki Aprianda Siregar yakin kota Jakarta akan mengalami kemajuan seperti Singapura. Namun untuk mewujudkan impian tersebut semua pemangku kepentingan di Indonesia harus bisa melakukan kebijakan dan program yang terkoordinasi, terintegrasi dan tersinkronisasi. Selain itu, stakeholders juga harus memiliki terobosan dalam paradigma berpikir untuk membangun bangsa.
Pernyataan tersebut diungkapkan Tjoki terkait posisi Singapura sebagai negara “hub” atau perantara (titik transit). Apakah Jakarta akan bisa berkembang sebagai “hub” untuk hubungan udara, laut, perdagangan internasional seperti Singapura pada suatu saat?
Menurut pria yang pernah bertugas selama tiga tahun lebih di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Singapura, posisi Singapura sebagai “hub’ seperti sekarang memiliki sejarah yang panjang.
“Posisi Singapura sebagai “hub” sudah lama dan berlangsung berabad-abad sebelum negara itu merdeka. Nah, ini yang belum banyak diketahui, seakan-akan Singapura baru menjadi hub setelah negara tersebut merdeka,” kata Tjoki dalam perbincangan dengan inakoran.com di Jakarta, Selasa (30/7/2019).
Ia menambahkan untuk melihat jejak Singapura sebagai hub mesti menelusuri kembali sejarah masa lalu saat zaman Sriwijaya, Majapahit, dan Kerajaan Campa di Kamboja saat ini, serta Kekaisaran China pada zaman Dinasti Tang. Saat itu Singapura masih disebut Temasek atau “Kota Laut” dan bahkan diakui sebagai bagian Kerajaan Sriwijaya.
Posisi Temasek saat itu memang sangat strategis sehingga menjadi tempat atau pelabuhan persinggahan bagi pedagang-pedagang dari China, Gujarat dari India, Arab, yang ingin berlayar ke Asia Tenggara atau ke Pasifik untuk mencari bahan mentah berupa rempah-rempah.
“Kapal-kapal dagang dari para pedagang internasional biasanya mengisi bahan bakar dan air bersih di Temasek atau pelabuhan Singapura. Jadi sejak itu memang Singapura sudah menjadi hub. Dan Keunggulan tersebut terus dipertahankan hingga saat ini,” tutur Tjoki.
Menurut Tjoki, yang membuat Singapura menjadi strategis untuk jalur perdagangan karena berada di Selat Malaka dan Laut China Selatan. Ini berbeda dengan Jakarta yang berada di Selat Sunda dan Laut Jawa. Pada abad abad 13, 14 hingga kedatangan Portugis pada abad ke-16, Jakarta belum menjalankan fungsinya seperti Singapura sebagai titik persinggahan.
Keragaman Etnis
Warga negara Singapura berasal dari berbagai etnis antara lain Tiongkok (China), India, dan Timur Tengah atau Arab. Perantau pertama yang datang ke Singapura berasal dari Tiongkok, disusul India, dan selanjutnya para saudagar dari Timur Tengah. Saat itu Singapura masih sebagai tempat persinggahan bagi para pedagang, namun dalam perkembangan kemudian para perantau itu mulai menetap di Temasek. Kelompok inilah yang kemudian menjadi penduduk tetap di Singapura.
Pada awalnya, ketiga etnis ini memang ingin mencari peruntungan di Temasek, misalnya perantau China mencari rezeki dengan membuka usaha, India menjadi pekerja kasar, sementara perantau Arab membuka usaha dagang. Mereka sudah mendiami wilayah negara kota tersebut jauh sebelum negara-negara kolonial barat masuk Asia Tenggara. Mereka baru mendengar ada dunia baru setelah ekspedisi yang dilakukan Vasco Da Gama. Namun mereka sendiri tidak tertarik merantau ke tempat yang baru itu.
Kantor Perusahaan Asing
Keberadaan Singapura sebagai “hub” memang memberikan citra positif negara tersebut bagi dunia luar. Karena itu, tidak mengherankan kalau pemerintah Singapura saat ini berusaha merumuskan semua kebijakan strategis, terutama dalam tata kelola hubungan internasional, selalu ditempatkan dalam relevansi Singapura sebagai “hub”.
“Jadi semua kebijakan dan langkah konkret yang dilakukan pemerintah selalu dikaitkan dalam posisi Singapura sebagai ‘hub”. Hal ini membuat negara ini fokus pada pelayanan (services) jasa yang prima agar negara-negara yang membuka usaha dan kantor cabang di Singapura merasa aman dan betah,” tutur pengamat hubungan luar negeri itu.
Seperti diketahui, beberapa perusahaan multinasional yang memilki koneksi usaha atau dagang dengan negara-negara di Asia Tenggara, Pasifik, dan China, dipastikan memiliki kantor cabang di Singapura. Mereka menjadikan negara kota tersebut sebagai titik transit untuk distribusi produk-produk dari dan ke negara-negara lain.
Lalu, apa yang mendorong mereka membuka usaha dan kantor cabang di Singapura? Terkait dengan hal itu, Tjoki membebarkan tiga alasan. Pertama, adanya kepastian hukum. Singapura memiliki aturan atau ketentuan yang jelas sehingga memberikan rasa aman kepada investor asing untuk menanamkan investasi atau menjalankan bisnisnya di Singapura.
Kedua, pemerintah Singapura memberikan insentif kepada investor dalam bentuk keringanan pajak dan biaya masuk bagi bahan-bahan baku untuk proses produksi.
Ketiga, terkait soal proses perizinan. Proses izin usaha dibuat sedemikian simple, sederhana, dan tidak bertele-tele. “Bila semua proses dan syarat yang dibutuhkan serta dokumen-dokumen pendirian usaha sudah lengkap, maka izin akan keluar paling lambat dua hari dan semua dilakukan secara online,” tegasnya.
TAG#Singapura, #Negara Hub, #Investor, #Temasek, #Tjoki Aprianda Siregar
188649603
KOMENTAR