Warga Indonesia di Negara Kaledonia Baru

Hila Bame

Saturday, 30-10-2021 | 21:08 pm

MDN
Stone Fish, toko kelontong kecil yang menjual makanan kering, minuman dalam kemasan, pakaian dan tas batik Indonesia milik Ibu Saminem

 

 

JAKARTA, INAKORAN

Kedatangan orang Indonesia pertama kali ke Kaledonia Baru adalah ketika 170 orang pekerja dari pulau Jawa tiba di kawasan itu. 

Negara Kaledonia Baru
 

Orang Indonesia suku Jawa  pertama tiba di Kaledonia Baru pada 16 Februari 1896.

Sebagai bagian dari kesepakatan Perancis-Belanda berdasarkan ketentuan pemerintah Hindia Belanda “Koeli Ordonantie”, pengiriman pertama para pekerja asal pulau Jawa tersebut diikuti dengan pengiriman-pengiriman berikutnya.

Jumlah seluruhnya pekerja asal Hindia Belanda yang diangkut dengan 87 kapal ke Kaledonia Baru dalam kurun waktu tahun 1896 – 1949 menjadi 19,510 orang pekerja.

 

Dalam perkembangannya, sebagian dari para pekerja memilih kembali ke tanah air setelah mendengar mengenai pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda pada tahun 1949.

 

Namun sebagian besar lagi memilih untuk tetap tinggal, menikah dengan sesama warga keturunan Indonesia atau warga setempat, dan tinggal turun-temurun di Kaledonia Baru hingga kini.

 

Bahasa Jawa ngoko menjadi bahasa sehari-hari mereka saat ini. Mereka juga berbahasa Perancis meski tidak bisa berbahasa Indonesia seperti leluhurnya yang tiba di Kaledonia Baru.

 

Karenanya sejak tahun 1970-an, Konsulat Jenderal Indonesia di Noumea berusaha mempromosikan belajar bahasa Indonesia bagi mereka.

Pada tahun 1984, Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya (PMIK) dibentuk dan turut membantu Konsulat Jenderal Indonesia mempromosikan belajar bahasa Indonesia kepada masyarakat keturunan Indonesia di Kaledonia Baru.

 

BACA JUGA:   Banjir Bandang dan Longsor Landa NTT,44 Orang Meninggal Dunia

Penduduk keturunan Indonesia di Kaledonia Baru kebanyakan berhasil dalam hidupnya.

Mereka berlatar belakang profesi beragam, ada yang bekerja sebagai montir kendaraan bermotor roda empat, akuntan, dokter, atau bahkan karyawan biasa, mereka rata-rata telah memiliki rumah, bukan apartemen seperti umumnya dihuni kebanyakan warga Kaledonia Baru.

Mereka juga mampu menyekolahkan anak-anak mereka ke luar negeri, kebanyakan ke Perancis.

Keberadaan dan kontribusi mereka kepada pembangunan di Kaledonia Baru mendapat pengakuan pemerintah setempat dengan pembangunan tugu-tugu peringatan 100 tahun kedatangan orang Indonesia di Kaledonia Baru pada tahun 1996.

Tugu itu terdapat di daerah Vallon du Gaz dan Baei de l’Orphelinat di kota Noumea, serta kota-kota lainnya seperti La Foa, Farino, Bourail, dan Kone.

 

Stone Fish, toko kelontong kecil yang menjual makanan kering, minuman dalam kemasan, pakaian dan tas batik Indonesia milik Ibu Saminem yang terletak dekat kawasan Trianon, kota Noumea. Di depan toko terpasang spanduk bergambar dan bertuliskan Borobudur, candi Buddha terbesar di dunia dan salah satu dari 7 keajaiban dunia [Foto: Tjoki Aprianda Siregar]

 

Sumber: Tjoki Aprianda Siregar Diplomat Indonesia sedang  bertugas di Kaledonia Baru 

KOMENTAR