Amerika Serikat Mencatatkan Kasus Pembunuhan Massal Tertinggi Tahun 2019

Binsar

Monday, 30-12-2019 | 09:15 am

MDN
Ilustrasi [ist]

New York, Inako

Universitas Northeastern AS mencatat, sepanjang 2019, kasus pembunuhan massal di Amerika Serikat (AS) mencatat record tertinggi dalam sejarah negara itu sejak tahun 1970-an.

Menurut para peneliti, sepanjang 2019 jumlah korban tewas akibat pembunuhan massal di negara itu mencapai 211 orang dari 41 kasus yang terjadi.

Pembunuhan massal adalah kasus kriminal yang menewaskan lebih dari empat orang dalam satu aksi kejahatan.

Universitas Northeastern beserta USA Today dan AP telah meneliti dan mencatat pembunuhan massal di AS sejak 2006. Riset data beberapa dekade sebelumnya juga tidak menunjukkan adanya jumlah kasus yang tinggi. AS hanya pernah menyaksikan pembunuhan massal tertinggi kedua pada 2006, yakni 38 kasus.

Dari 41 kasus yang terjadi, 33 kasus pembunuhan massal, dilakukan dengan menggunakan senjata api sementara sisanya dengan pisau, kapak, dan api.

California menjadi negara bagian dengan jumlah pembunuhan massal tertinggi, yaitu 8 kasus. Dua kasus terbesar ialah pembantaian 22 orang di El Paso pada Agustus dan 12 orang di Pantai Virginia pada Mei.

Sebagian pembunuhan massal di AS tidak diangkat di media massa karena terlalu tinggi. Mayoritas pembunuhan massal juga terjadi di lingkungan keluarga, gembong narkoba, atau di tempat kerja. Meski kasusnya naik, jumlah korban tahun ini masih lebih rendah dibanding tahun lalu yang mencapai 224 korban.

Ahli kriminal dari Universitas Metropolitan State, James Densley, mengatakan pembunuhan massal menyumbangkan kematian tertinggi dibandingkan kasus lainnya. Meski mayoritas kasus pembunuhan massal misterius, dia meyakini kenaikkan ini menunjukkan tingginya tingkat frutasi di kalangan masyarakat.

“Bagi saya, ini tampak seperti era pembunuhan massal di AS,” ujar Densley, dikutip BBC. “Pada tahun 1970-an dan 1980-an, AS menyaksikan gelombang pembunuh berantai; 1990-an penembakkan di sekolah dan penculikan anak-anak; 2000-an terorisme; dan sekarang pembunuhan massal,” sambung Densley.

Senjata api merupakan senjata yang umum digunakan pelaku pembunuhan massal di AS. Senapan dapat dimiliki secara legal dan mudah. Sebagian orang menilai akses kepemilikan senapan di AS jauh lebih mudah dibandingkan pendidikan. Sejak 1966, sebanyak 974 orang tewas akibat dibunuh dengan senapan.

Seperti dilansir Washington Post, pelaku pembunuhan massal rata-rata membawa empat senjata api saat melancarkan aksinya. Pelaku penembakkan di Las Vegas pada 2017 juga membawa 10 senjata api. Senjata api yang terpopular digunakan pelaku ialah pistol semiotomatis 9mm karena ringan, mudah, dan murah.

Hampir semua pelaku merupakan laki-laki berusia antara 20-49 tahun. Sekitar 76 tewas di lokasi atau di dekat lokasi penembakkan, biasanya dengan melakukan bunuh diri. Sebanyak 27% kasus penembakkan massal terjadi di tempat kerja. Sisanya di sekolah, gereja, barak, ritel, restoran, dan tempat publik lainnya.

 

TAG#Pembunuhan massal, #AS, #2019

190215341

KOMENTAR