Bayar Minyak Tanpa Dolar, Apa Dampaknya?

Sifi Masdi

Tuesday, 29-03-2022 | 16:52 pm

MDN
Presiden Rusia, Vladimir Putin [ist]

 

 

Moskow, Inako

Perang Rusia dan Ukraina berdampak pada perdagagan internasional, terutama terkait dengan transaksi pembayaran dengan mata uang dolar AS.

Mata uang rubel Rusia [ist]

 

Rusia  sebagai  salah satu eksportir energi terbesar dunia, memaksa negara lain untuk membayar minyak dalam mata uang Rusia, yaitu rubel. Pasalnya, karena hingga saat ini akses devisa Rusia dalam bentuk dolar telah diblokir.

 

 

Dalam pertemuan dengan pejabat tinggi  pemerintahannya, minggu lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan akan menjual gas Rusia dalam rubel, bukan dengan dolar atau euro. Ini merupakan balas dendam terbaru Putin ke negara-negara yang memberi saksi kepada Rusia.

Ada konsekuensi kebijakan ini? Kebijakan perdagangan minyak tanpa mata uang dolar  dapat mengubah ekonomi global.

Kebijakan ini jadi pukulan bagi Eropa, karena akan berdampak ke para pedagang yang akan lebih takut untuk membeli gas dari Rusia. Hal ini membuat banyak pedagang takut untuk bertransaksi dengan segala hal yang berhubungan dengan Rusia. Ujung-ujungnya, pasokan menjadi terbatas.

 

 

Uni Eropa sendiri bergantung pada 41% impor gas dan 27% minyak dari Rusia. Pasokan yang terbatas akan membuat harga energi kian mahal. Setelah pernyataan Putin, harga gas Eropa melonjak 18,49% menjadi Euro 117 per MWh. Alhasil, inflasi Uni Eropa diperkirakan meroket 6,5% year-on-year pada bulan Maret.

Namun di sisi lain, keputusan tersebut juga menjadi bumerang bagi Rusia. Saat ini Rusia mendapatkan penghasilan dari penjualan minyak dalam bentuk dolar. Ketika dolar dibatasi, maka Rusia akan kehilangan kemampuan menghasilkan devisa negara  dan kesulitan untuk mendapatkan barang impor yang rata-rata menggunakan dolar.

 

 

 

KOMENTAR