Defisit Neraca Perdagangan Jadi Tamparan Keras Bagi Pemerintah

Inakoran

Thursday, 17-05-2018 | 02:17 am

MDN
Kegiatan ekspor-impor di pelabuhan [ist]

Jakarta, Inako



Neraca perdagangan Indonesia yang kembali mengalami defisit untuk ketiga kalinya tahun ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah. Persoalan tersebut, dijamin akan segera diselesaikan dengan kebijakan yang tepat.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, defisit tersebut secara tidak langsung memaksa pemerintah bekerja ekstra untuk memperbaiki sendi-sendi ekonomi domestik. Pemerintah akan berkomitmen untuk melakukan hal tersebut.

"Data ini memberikan pekerjaan rumah pada pemerintah untuk kerja lebih keras," tegas Sri Mulyani, Selasa (15/5/2018).

Menurut data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia periode April 2018 mengalami defisit US$ 1,63 miliar, atau terburuk sejak 2014 lalu. Ini sekaligus menjadi kali ketiga neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit tahun ini.

Defisit periode April, tak lepas dari lonjakan impor yang tidak mampu diimbangi oleh kinerja ekspor. Pada periode tersebut, seluruh jenis komponen impor yang terdiri dari bahan baku, barang modal dan barang konsumsi melambung tajam hingga US$ 16,09 miliar.

"Banyak importir sudah mengantisipasi Lebaran dan puasa. Mereka juga khawatir rupiah makin melemah. Wajar saja [impor naik] karena antisipasi, karena mereka khawatir [rupiah] lebih lemah lagi," kata Ekonom BCA David Sumual.

Bagaimana dengan ekspor? Total ekspor Indonesia tercatat hanya mencapai US$ 14,47 miliar. Minimnya pangsa pasar ekspor non migas Indonesia, menjadi salah satu penyebab utama kinerja ekspor masih belum mampu menggeliat.
 

 

 

 

KOMENTAR