BNPT Rilis 5 Indikator Penceramah Radikal

Binsar

Monday, 07-03-2022 | 08:20 am

MDN
Direktur Pencegahan BNPT Brigadir Jenderal Ahmad Nurwakhid [ist]

 

 

 

Jakarta, Inako

Penceramah agama, mendapat perhatian serius pemerintah belakangan ini. Perhatian itu muncul sehubungan dengan banyaknya penceramah agama yang menyampaikan ceramah dengan muatan yang radikal dan berpotensi memecah belah bangsa.

Presiden Joko Widodo sendiri telah  meminta TNI-Polri agar mewaspadai para penceramah radikal itu. Ia meminta TNI-Polri tidak tidak mengundang penceramah radikal  untuk membawakan ceramah di sebuah instansi atau lembaga pemerintahan di tanah air.

Permintaan Jokowi mendapat respon serius dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) 

Menurut Direktur Pencegahan BNPT Brigadir Jenderal Ahmad Nurwakhid, pernyataan Jokowi harus ditanggapi serius oleh seluruh kementerian, lembaga pemerintah, hingga masyarakat.

 

 

 

 

 

"Sejak awal kami (BNPT) sudah menegaskan bahwa persoalan radikalisme harus menjadi perhatian sejak dini karena sejatinya radikalisme adalah paham yang menjiwai aksi terorisme," kata Ahmad.

Ia mengingatkan para pimpinan lembaga atau instansi pemerintah untuk lebih melihat isi materi yang disampaikan dan tidak terkecoh dengan penampilan luar seorang penceramah radikal.

Ahmad menyampaikan lima indikator untuk menilai seorang penceramah itu radikal.

Pertama, mengajarkan ajaran yang anti-Pancasila dan pro ideologi khilafah transnasional. Kedua, mengajarkan paham takfiri yang mengkafirkan pihak lain yang berbeda paham maupun berbeda agama.

Ketiga, menanamkan sikap anti pemimpin atau pemerintahan yang sah, dengan sikap membenci dan membangun ketidakpercayaan (distrust) masyarakat terhadap pemerintahan maupun negara melalui propaganda fitnah, adu domba, ujaran kebencian (hate speech), dan sebaran hoaks.

Keempat, memiliki sikap eksklusif terhadap lingkungan maupun perubahan serta intoleransi terhadap perbedaan maupun keragaman (pluralitas).

Kelima, biasanya memiliki pandangan antibudaya ataupun antikearifaan lokal keagamaan.

"Mengenali ciri-ciri penceramah jangan terjebak pada tampilan, tetapi isi ceramah dan cara pandang mereka dalam melihat persoalan keagamaan yang selalu dibenturkan dengan wawasan kebangsaan, kebudayaan, dan keragaman," katanya.

Dirinya menegaskan, strategi kelompok radikalisme memang bertujuan untuk menghancurkan Indonesia melalui berbagai strategi yang menanamkan doktrin dan narasi ke tengah masyarakat.

 

 

 

 

 

Untuk menghancurkan Bangsa Indonesia, kelompok radikalis melakukan tiga strtaegi yakni: Pertama, mengaburkan, menghilang bahkan menyesatkan sejarah bangsa.

Kedua, menghancurkan budaya dan kearifan lokal bangsa Indonesia. Ketiga, mengadu domba masyarkaat dengan mencekoki otak dengan pandangan intoleransi dan isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan).

Caranya adalah dengan mempolitisasi agama, yaitu  membenturkan agama dengan nilai nasionalisme dan nilai luhur budaya bangsa.

Menurutu Ahmad, hal itu biasanya dilakukan secara masif di berbagai sektor kehidupan dan tokoh masyarakat, termasuk para penceramah radikal.

KOMENTAR