Chatib Basri Sebut Isu Utang Hanya Ramai di Indonesia Saja

Sifi Masdi

Friday, 01-02-2019 | 15:04 pm

MDN
Chatib Basri [ist]

Jakarta, Inako

Belakangan ini jumlah utang pemerintah Indonesia menjadi bahan perdebatan banyak kalangan. Apalagi saat musim politik sekarang, isu tersebut semakin sering dilontarkan. Banyak kalangan yang melemparkan kritik kepada pemerintah mengenai jumlah utang pemerintah yang terus bertambah.

Bahkan, Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri pun ikut mengomentari fenomena tersebut. Namun, Menkeu era SBY ini mengatakan bahwa isu utang pemerintah hanya ramai di Indonesia saja.

Padahal, hampir banyak negara memiliki utang. Bahkan rasio terhadap produk domestik bruto (PDB) jauh lebih tinggi dari Indonesia.

Chatib Basri mengatakan bahwa isu mengenai utang hanya ramai dibahas di Indonesia. Isu serupa tidak ramai dibahas di negara lain.

"Negara lain nggak, di sini saja," kata Chatib dalam Mandiri Investment Forum di Hotel Fairmont seperti ditulis Kamis (31/1/2019).

Salah satu negara yang ramai membahas utang adalah Yunani karena mengalami krisis. Namun, kondisi tersebut berbeda dibandingkan Indonesia.

"Anda bayangkan Greece (Yunani) itu kan rasio utangnya terhadap PDB di atas 100%, kita kan cuma 27%," ujar Chatib.

Menteri Keuangan era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menambahkan, isu mengenai utang bukan hal yang tabu. Utang bisa saja digunakan untuk hal yang produktif.

Chatib Basri menilai, utang itu suatu hal yang wajar. Dirinya pun menganalogikan perlunya utang di dunia usaha. Karenanya, utang juga diperlukan pemerintah sebagai kebijakan ekonomi.

"Sekarang kalau nggak mau utang Anda mau bikin usaha bagaimana caranya saya tanya?" katanya Chatib dalam Mandiri Investment Forum di Hotel Fairmont seperti ditulis Kamis (31/1/2019).

"Saya tanya ke Anda, di antara kamu ada yang punya rumah nggak ada yang punya cicilan rumah atau motor. Ambil cash atau kredit? Kenapa nggak nabungaja," katanya.

Yang terpenting ialah, kata Chatib, utang tersebut mampu dibayar dan dilunasi.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pun sependapat dengan Chatib Basri. Kepala Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Nufransa Wira Sakti mengatakan utang merupakan hal yang biasa.

Apalagi, kata Nufransa, bukan cuma Indonesia saja sebagai negara yang memiliki utang. Melainkan, ada banyak negara yang masih memiliki utang.

Utang adalah hal yang biasa dan normal dilakukan oleh banyak negara. Menurut data tahun 2017, ada 182 negara dari 196 negara di dunia yang mempunyai utang," kata Nufransa, Kamis (31/1/2019).

"Jadi saya setuju dengan pendapat Pak Chatib Basri bahwa isu utang pemerintah hanya ada di Indonesia," tambah dia.

Kementerian Keuangan meminta masyarakat tidak mengkhawatirkan jumlah utang pemerintah uang saat ini tembus Rp 4.418,3 triliun per 2018. Kepala Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Nufransa Wira Sakti menjelaskan pemerintah masih mampu mengelola utang pemerintah dengan baik.

"Utang negara juga dikelola secara hati-hati dan profesional. Saat ini kondisi utang sangat aman, masih dalam koridor UU," kata Nufransa.

Besaran utang pemerintah memiliki batasan aman atau tidaknya diatur dalam UU Keuangan Negara no 17/2003. Pasal 12 ayat 3 beleid tersebut disebutkan defisit anggaran dimaksud dibatasi maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan jumlah utang dibatasi maksimal 60% dari PDB.

Dengan total utang Rp 4.418,3 triliun, maka rasio utang sebesar 29,98% dari total PDB yang berdasarkan data sementara sebesar Rp 14.735,85 triliun. Itu artinya masih di bawah batas yang ditentukan oleh UU Keuangan Negara.

Oleh karena itu, pemerintah meminta kepada masyarakat untuk tidak mengkhawatirkan nominal utang pemerintah yang terus bertambah. Karena, pemerintah sudah menjaga dan mengelola perekonomian dengan baik.

KOMENTAR