Dokter Petrin: Masa Peralihan Menuju Dewasa Krusial Bagi Remaja

Binsar

Saturday, 13-10-2018 | 08:18 am

MDN
Ilustrasi kawula muda [ist]
"Diharapkan pada tahap ini terjadi ikatan yang kuat antara orang tua dengan anak remaja. Alasan kedekatan tersebut adalah demi mencegah terjadinya problem psikiatri, seperti gejala depresi, mengalami masalah kejiwaan, perilaku mencederai diri, dan penyalahgunaan zat bila remaja tidak dapat melewati masa peralihan tersebut,"

 

Jakarta, Inako –

Spesialis kejiwaan dr. Petrin Redayani Lukman, Sp.KJ (K), MPd. Ked, menegaskan, masa peralihan dari remaja menuju masa dewasa merupakan momen yang penting dan krusial dalam perjalanan hidup seorang remaja.

Dikatakan demikian, karena pada masa itu, seorang remaja harus menghadapi sejumkah penyesuaian dan mengambil pilihan tertentu dan pada saat yang sama ia juga harus terlibat dalam pelbagai kegiatan yang memengaruhi hidupnya di masa depan.

"Remaja dalam tahap menyesuaikan ‘sense of self ’ dalam fisik yang baru, seperti perubahan biologik dan fisik (pubertas) yang cepat dan ekstrem," ujar dr. Petrin, saat berbicara dalam seminar Mental Health Among Youth di Jakarta, Jumat.

"Remaja beradaptasi terhadap seksualitas, menetapkan identitas seksual, dan mengembangkan kemampuan untuk hubungan romantis," imbuh dokter yang berpraktik di RSCM ini.

Seorang remaja, sambungnya, memiliki peralihan dari berpikir konkret di usia anak menjadi berpikir abstrak.

"Remaja dapat berpikir secara abstrak dari hipotesis. Ia dapat memertimbangkan banyak kemungkinan dan hasil logis dari peristiwa yang terjadi. Kemudian, remaja dapat memertimbangkan dari pelbagai sudut, empati semakin meningkat, artinya menempatkan diri pada posisi orang lain," sebut dr. Petrin.

Selain itu, lanjutnya, remaja mengenal dirinya sendiri sebagai bagian dari orangtua. Ia bereksperimen dengan pelbagai identitas yang berbeda dan sementara melalui pelbagai jenis pakaian, musik, gaya rambut, sikap dan perilaku, dan gaya hidup.

"Remaja juga membentuk nilai pribadi dengan mengevaluasi dan merestrukturisasi keyakinan pada masa kanak-kanak," imbuh dr. Petrin.



Remaja, lanjutnya, bernegosiasi kembali terhadap hubungan dengan orangtua, mengembangkan hubungan stabil dan produktif dengan teman sebaya, dan memenuhi tuntutan dan tanggung jawab sebagai orang yang semakin dewasa.

"Diharapkan pada tahap ini terjadi ikatan yang kuat antara orang tua dengan anak remaja. Alasan kedekatan tersebut adalah demi mencegah terjadinya problem psikiatri, seperti gejala depresi, mengalami masalah kejiwaan, perilaku mencederai diri, dan penyalahgunaan zat bila remaja tidak dapat melewati masa peralihan tersebut," pungkas dr. Petrin.

 

Baca juga :


 

 

 

 

KOMENTAR