Dua Tentara Venezuela yang Membelot Minta Bantuan AS

Sifi Masdi

Thursday, 31-01-2019 | 18:46 pm

MDN
Presiden Venezuela Nicolas Maduro [ist]

Caracas, Inako

Dua tentara yang membelot dari Venezuela meminta bantuan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat ( AS) Donald Trump. Kepada CNN Selasa (29/1/2019), mantan prajurit Carlos Guillen Martinez dan Josue Hidalgo Azuaje yang tinggal di luar negeri meminta dukungan militer.

Mereka mengklaim menjalin kontak dengan tentara yang siap membelot dan mengalihkan kesetiaan dari rezim Presiden Nicolas Maduro.

"Sebagai pasaukan Venezuela, kami meminta dukungan dalam bentuk logistik seperti komunikasi dan senjata, sehingga bisa mewujudkan kemerdekaan Venezuela," ujar Martinez.

Azuaje menimpali dengan menyatakan mereka tidak hanya membutuhkan dukungan AS. Tetapi mereka juga membutuhkan dukungan dari negara Amerika Latin lainnya seperti Brasil, Kolombia, serta Peru.

Dua tentara pembelot itu menuturkan, banyak rekan sejawat mereka yang merasa frustrasi dengan hiperinflasi hingga kelangkaan makanan di Venezuela.

Permohonan itu muncul setelah Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton melontarkan peringatan kepada pemerintahan Maduro. Bolton berkata jika Maduro menggunakan kekerasan terhadap oposisi, terutama pemimpin mereka Juan Guaido, Maduro bakal menerima balasan.

Bolton juga menyerukan kepada militer Venezuela untuk mengalihkan dukungan mereka dari Maduro kepada Guaido secara damai.

Tetapi para petinggi militer seperti Menteri Pertahanan Vladimir Padrino menegaskan bahwa mereka setia dan siap mati demi Maduro.

Namun, baik Martinez dan Azuaje menunjukkan grup WhatsApp berisi ribuan prajurit baik dari level tamtama hingga perwira junior. Mereka merasa marah dan saat ini mencoba untuk menyatukan berbagai faksi yang tidak puas dengan Maduro menjadi satu kelompok solid.

Dengan tegas, keduanya menolak terhadap pertanyaan mengenai kans adanya intervensi militer AS ke Venezuela. Mereka berujar tidak ingin pasukan asing menyerbu negaranya.

"Jika kami membutuhkan intervensi militer, itu harus dilakukan oleh tentara Venezuela yang sangat menginginkan kebebasan," tegas Azuaje.

Dalam laporan CNN di Caracas, seorang prajurit yang meminta namanya dirahasiakan berujar, militer terbelah karena krisis politik saat ini. Tentara anonim itu mengungkapkan ada personel yang bersedia angkat senjata menentang Maduro.

Namun, mereka tidak ingin terburu-buru. Mereka berkaca dari Cotiza pada 21 Januari, di mana terdapat kelompok berisi 27 tentara yang ditangkap karena berniat melancarkan pemberontakan.

"Mereka menunggu saat yang tepat. Jadi, mereka bisa menyerang dengan keras dan membuat rakyat merasakannya," ujar tentara tersebut.

Prajurit itu mengklaim terdapat beberapa unit yang membawa amunisi dan senjata setelah mencurinya dari gudang untuk keperluan pemberontakan. Tentara itu mengaku sudah menerima pesan yang disampaikan para pembelot, dan menyatakan pesan yang diberikan sangatlah positif.

"Entah bagaimana, mereka memberi kami harapan. Mereka mungkin tinggal di luar Venezuela. Namun mereka mengenyangkan jiwa kami," tuturnya.

 



 

KOMENTAR