Dukungan Koalisi Perubahan Tidak Cukup Memenangkan Anies Baswedan di Pilpres

Jakarta, Inakoran.com
Anies Baswedan membutuhkan dukungan yang lebih besar untuk memenangi pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Dukungan dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang beranggotakan NasDem, Demokrat, dan PKS belum cukup.
Suara ketiga partai ini memang sudah membantu Anies mendapatkan tiket capres. Perolehan suara mereka pada Pemilu 2019 mencapai 25, 03%, lebih dari cukup untuk memenuhi ambang batas pencapresan 20%.
BACA JUGA: Pertemuan Berulang Ganjar dan Sandiaga: Kebetulan atau By Design?
Namun, dukungan tiga partai ini dinilai belum bisa mengantar Anies memenangkan kursi RI-1.
Ketua DPP NasDem Effendy Choire atau biasa disapa Gus Choi menyebut, Anies membutuhkan kekuatan yang lebih besar, di luar ketiga partai ini.
Jika bergantung hanya pada dukungan partai-partai di KPP, Anies akan sulit memenangi Pilpres. Karena itu dia membutuhkan lebih banyak dukungan.
Secara elektoral, Anies sinyalir akan kalah di tiga provinsi dengan pemilih terbanyak di Pemilu, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Berdasarkan survei elektabilitas capres yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada Mei 2023, Anies tidak unggul satu pun di ketiga provinsi tersebut.
Jawa Timur dimenangkan oleh Capres PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo dengan elektabilitas 35,3% persen, sementara elektabilitas Anies hanya 8,2%.
Anies juga kalah telak dari Ganjar di Jawa Tengah. Elektabilitas Anies hanya 4,3%, sementara Ganjar 55,2%.
Di Provinsi Jawa Barat, elektabilitas Anies memang cukup tinggi, yakni 26,3%. Namun, dia kalah dari capres Gerindra Prabowo Subianto yang elektabilitasnya mencapai 29%.
Selain itu, Anies juga masih lemah secara elektoral di kalangan NU, salah satu ormas keagamaan terbesar di Indonesia.
Dalam hasil survei Litbang Kompas pada Mei 2023, elektabilitas Anies di kalangan NU hanya 12,3%, tertinggal jauh dari Ganjar yang mencapai 24,9% dan Prabowo Subianto 25,8%.
Dengan demikian, Anies membutuhkan pendamping yang bisa menutupi kelemahan elektoralnya.
Itu sebabnya NasDem mengajukan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menjadi wakil Anies.
Selain statusnya sebagai orang nomor satu di Jatim, Khofifah juga adalah Ketua Umum PP Muslimat NU.
Dengan pengaruhnya itu, Khofifah bisa menyumbangkan suara dari kalangan NU dan pemilih di Jawa Timur dan bahkan Jawa Tengah.
Gus Choi pun mengakui, Anies membutuhkan dukungan dari NU, sehingga Anies akan mendapatkan dukungan dari NasDem, Demokrat, PKS, dan Nahdliyin.
Caranya dengan memilih wakil Anies dari NU, dan salah satu nama yang sering muncul adalah Khofifah. Namun, upaya NasDem menduetkan Anies-Khofifah menemui jalan buntu.
Hingga saat ini, Khofifah belum memberikan jawaban dan bahkan ia disinyalir sudah menolak tawaran itu.
Ini alarm bagi koalisi Anies. Mereka harus bergerak cepat mencari sosok lain yang pengaruhnya setara atau bahkan lebih besar dari Khofifah.
Sosok yang tentu saja bisa menutupi kelemahan elektoral Anies. KPP masih punya banyak waktu untuk mencari cawapres dengan kriteria demikian.
KOMENTAR