Duterte Akui China Akan Lumpuhkan Filipina Dalam Hitungan Menit Jika Berkonfrontasi

Sifi Masdi

Thursday, 04-04-2019 | 22:25 pm

MDN
Presiden Filipina Rodrigo Duterte [ist]

Manila, Inako

Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyatakan niatnya untuk membina hubungan baik dengan China meski masih ada permasalahan Laut China Selatan.

Menurut Duterte seperti dilansir Russian Today Rabu (3/4/2019), China dan Filipina tidak mempunyai isu yang tidak bisa diselesaikan secara politik.

Selain itu, presiden yang akrab disapa Digong itu mengatakan dia tidak ingin jika harus berkonfrontasi dengan Beijing dalam skala militer. Duterte menuturkan jika mereka berperang dengan China, maka Angkatan Laut Filipina bisa porak-poranda hanya dalam hitungan menit.

"Jika saya mendeklarasikan perang melawan China, maka rudal mereka bisa menghantam ibu kota Manila dalam waktu tujuh menit," paparnya.

Dalam pidatonya saat membuka latihan gabungan antara militer Filipina dengan Amerika Serikat ( AS), Duterte juga menekankan China berkomitmen berkawan dengan negaranya. Dalam penilaian presiden berjuluk The Punisher tersebut, China (termasuk juga Rusia) menyanggupi permintaannya untuk mengirim persenjataan.

Berbeda dengan AS yang disebutnya tidak mengirim senjata seperti yang dia butuhkan untuk melawan kelompok ekstremis karena faktor HAM.

"China hanya ingin menjadi teman kami. Mereka memberi kami senjata dan amunisi. Sementara Amerika tidak mengirim apa yang kami butuhkan," katanya.

China yang mendapat tekanan Washington karena memperbesar pengaruh mereka di Laut China Selatan berkata, mereka bakal fokus kepada diplomasi untuk menyelesaikan isu.

Duta Besar China untuk Filipina Zhao Jianhua menuturkan Manila tidak perlu khawatir ketegangan dua negara bisa meningkat menjadi konflik. Dia merujuk kepada nota protes yang dilayangkan Filipina setelah ratusan kapal China diketahui berlayar di kawasan sengketa Pulau Thitu.

Beijing pun berjanji bakal menyelidiki keluhan yang dilontarkan Filipina dan menawarkan menyelesaikan isu tersebut melalui mekanisme bilateral.

Sementara AS di sisi lain berusaha meyakinkan Filipina bahwa mereka siap mempertahankan kepentingan negara Asia Tenggara itu di Laut China Selatan.

Pentagon juga menyatakan mereka siap untuk meningkatkan relasi dengan mendukung modernisasi militer Filipina demi memastikan "Indo-Pasifik yang terbuka dan bebas".

 

 

KOMENTAR