Emas Tercecer di Musim Kemarau Sungai Bengawan Solo

Hila Bame

Tuesday, 18-09-2018 | 16:41 pm

MDN
Warga mencari emas di aliran Sungai Bengawan Solo (ist)

 

Bojonegoro, Inako

Pada empat juta tahun silam, Sungai Bengawan Solo purba, mendadak harus berbelok arah dan beralih muara ke pantai utara Jawa karena terjadi pergeseran lempeng Indo Australia yang menghimpit tanah kawasan ini. 

Dipercaya oleh para pakar Geologi, pada masa lampau tanah di kawasan Gunung Kidul Yogyakarta dan sekitarnya adalah dataran rendah. Dan menjadi muara Sungai Bengawan Solo purba, menuju Lautan Hindia Selatan, tepatnya pantai "Sadeng" Kabupaten Gunung Kidul. 

Sungai Bengawan Solo (ist)

 

Pegeseran lempeng ini memicu terjadinya lipatan tanah dan membuat permukaan tanah naik serta mengubah kontur kawasan secara total.

Kawasan Sungai Bengawan Solo purba, berubah menjadi perbukitan karang meski, tetap menampilkan eksotis yang kemayu lalu,  membalik arah sungai ke arah timur, kawasan Gersik Jawa Timur hingga sekarang. 

Di musim hujan, air Bengawan solo berkilau-kilau meluap hingga jauh, sebaliknya di musim kering sekujur tubuhnya berkelip rona menyisakan remah-remah emas untuk masyarakat sekitar sungai.  

 

Sungai Bengawan Solo menyimpan banyak potensi untuk skala  Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).  Mulai dari pasir, tanah walet sebagai bahan dasar batu bata dan gerabah, juga emas murni yang masih terkubur dan terkadang mencuat ke permukaan pada air tidak seberapa.


Kandungan yang masih tersimpan dari warisan masa lalu itu, banyak diburu. Khususnya ketika air sungai terpanjang di Pulau Jawa itu mulai surut. Sejumlah warga mencoba keberuntungan dengan mencari biji emas yang masih tercecer itu dengan cara manual.


Beberapa titik di kawasan Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro memang banyak menyimpan ceceran biji emas. Seperti di Kecamatan Kalitidu, dan di bawah jembatan Glendeng Desa Kalirejo, Kecamatan Kapas. 

Di tempat itu, setiap hari belasan warga mengadu nasib untuk dapat menemukan emas batangan yang diduga banyak tersimpan di dasar sungai. Bentuknya bermacam, ada yang berupa cincin perhiasan, bekas senjata, lempengan maupun berbentuk seperti biji jambu.

Menurut salah seorang pencari emas, Sukri (60), jika belasan warga yang sehari-hari mencari, berendam dan menyelam di dekat jembatan Glendeng itu sudah banyak yang menemukan emas. Hanya saja, tidak setiap hari semua pencari berhasil menemukan.

"Kalau hari ini tidak beruntung, ya besok tetap berangkat lagi. Memang mencarinya susah, tetapi sekali menemukan dapat membayar jerih payah kami," katanya  di lokasi, Sabtu (15/9/2018).

Dia menerangkan, emas batangan yang berada di sekitar Bengawan Solo desa setempat memiliki kadar karat tinggi. Emas-emas tersebut kental kaitannya dengan masa kejayaan sungai Bengawan Solo sebagai jalur transportasi satu-satunya dari Solo hingga Gresik.


"Kemungkinan dari harta milik pedagang yang menumpang kapal. Mungkin juga dari hasil jarahan perang yang kapalnya tenggelam," terangnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, Sungai Bengawan Solo di wilayah Bojonegoro yang berpotensi banyak tersimpan emas batangan membentang dari jembatan Kali Ketek hingga Jembatan Glendeng. Jembatan kali ketek berada di barat jembatan Glendeng sekitar 2 kilo meter.

Hanya saja, para warga hanya mencari di sekitar jembatan Glendeng karena debit air tinggal sedikit akibat musim kemarau. Sementara di sekitar jembatan Kali Ketek debit air masih dalam.

Emas yang ditemukan oleh para warga tersebut dijual kepada para tengkulak, maupun langsung ke toko emas. Selain menemukan emas, sebagian orang juga menemukan benda-benda berharga lainnya seperti mutiara dan barang-barang kuno lainnya dari dasar sungai.

Sementara itu, proses pencarian emas tersebut dengan alat manual seadanya. Misalnya kacamata untuk menyelam mereka membuat sendiri dengan bahan karet bekas. Sedangkan alat untuk mengayak pasir terbuat dari kayu jati yang dimodifikasi menyerupai tampah, serta batok kelapa. 

KOMENTAR