Gen Z Bicara Politik, Gen Z Paling Tidak Suka Didikte

Timoteus Duang

Monday, 15-01-2024 | 13:49 pm

MDN
Anggota Komunitas Kita Indonesia berfoto bersama narasumber diskusi Bicara Politik pada Gen Z di Jalan Barito, Kramat Pela, Jakarta Selatan, Sabtu (13/1/2024). FOTO: Inakoran/Tommy Duang

 

JAKARTA, INAKORAN.COM

Komunitas Kita Indonesia menggelar diskusi bertajuk “Bicara Politik pada Gen Z sebagai Pemilih Pemula: Memilih dengan Bijak,” di Oakwood Suites La Maison, Kramat Pela, Jakarta Selatan, Sabtu (13/1/2024).

 

Diskusi digelar untuk mendalami pendekatan yang perlu dilakukan pada Generasi Z dalam menentukan pilihan politik mereka pada Pemilu 2024.

Hadir sebagai narasumber dalam diskusi ini, politisi PDI Perjuangan Once Mekel, Founder SEJIWA Diena Haryana, Alif Iman, dan kreator konten Putri Jasmine.

Jasmine, satu-satunya Gen Z yang menjadi narasumber, menyebut, generasinya paling tidak suka didikte untuk mengambil pilihan politik tertentu.

“Kalau saran aku, sebenarnya dibimbing, diayomi, diajak ngobrol, dijadikan teman-teman ini bukan sebagai objek tapi sebagai subjek yang bisa menentukan juga,” ujar jebolan Indonesian Idol itu.

Baca juga: Ganjar Minta Pendukung dan Relawan Tak Khawatir Hadapi Hasil Survei

Senada, Alif Iman menyebut peran orangtua dalam berkomunikasi dengan Gen Z lebih kepada menjadi seorang fasilitator.

“Nyediain rumah, gitu ya, kemudian juga nyariin waktu untuk ketemu. Syukur-syukur cemilan,” ungkap Alif.

“Fasilitator tu penyambung kok di antara mereka untuk ngobrol. Dan juga duduk dengerin.”

Komunikasi, kata Alif, bisa berlangsung dengan baik apabila komunikator bisa mengerti dan memahami audiensnya.

Baca juga: Nilai Visi dan Misi Setiap Paslon Bagus, Mahfud MD: Tetapi Apakah Sesuai dengan Rekam Jejaknya?

Sementara itu, Diena Haryana menyoroti isu kesehatan mental dan adiksi gawai yang dialami generasi Z.

“Di helpline kami, yang kita punya 39 psikologi itu, kebanyakan yang datang pada helpline ini adalah anak-anak sekitar 17-25. Kasusnya macam-macam,” ujar Diena.

“Selain mental health issue, yang paling parah ini adalah adiksi gawai. Satu dari lima anak remaja mengalami adiksi gawai.”

 

KOMENTAR