Golkar dan PPP Berebut Posisi Cawapres Jokowi

Sifi Masdi

Friday, 29-06-2018 | 09:05 am

MDN
Ketum Golkar Airlangga Hartarto (ke-3 dari kiri) dan Ketum PPP Romahurmuziy (ke-2 dari kanan) [ist]

Jakarta, Inako

Golkar dan PPP  sama-sama berambisi untuk merebut posisi calon wakil presiden (Cawapres) Joko Widodo (Jokow)  di Pilpres 2019. Apakah ini akan mengganggu soliditas partai koalisi yang mengusung Jokowi?

Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Muhammad Romahurmuziy mengatakan koalisi pengusung Jokowi dalam pemilihan presiden 2019 tak akan pecah karena persoalan posisi calon wakil presiden.

Menurut Romi, sapaan Romahurmuziy, tak ada satu pun pimpinan partai koalisi yang mengancam hengkang jika cawapres yang diajukan tak dipilih Jokowi. "Tidak ada satu pun statement itu, tidak ada," kata Romi di kantor DPP PPP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, (28/6/2018).

Sekedar diketahui, koalisi pengusung Jokowi terdiri dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Nasdem, dan Partai Hanura. Sejauh ini, kader PPP dan Golkar sama-sama menginginkan ketua umumnya menjadi cawapres Jokowi.

Peluang koalisi juga terbuka dengan Partai Kebangkitan Bangsa. Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin bahkan mengajukan dirinya sebagai cawapres Jokowi. Muhaimin menggadang-gadang dirinya dan yakin bakal dipilih Jokowi.

Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengatakan koalisi tersebut berpotensi pecah lantaran persoalan cawapres. Kata dia, partai yang kandidatnya tak dipilih bisa saja akhirnya balik badan.

Romi mengklaim tidak ada satu pun partai koalisi yang berkukuh mengajukan kandidatnya sebagai cawapres Jokowi. Dia meyakini koalisi Jokowi solid dan justru menguat dengan hasil pemilihan kepala daerah serentak tahun ini. Romi menyebut, pernyataan Ferdinand itu kemungkinan cermin sikap Demokrat sendiri yang ingin mengajukan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon wakil presiden.

 

 

 

 

KOMENTAR