Harga Batu Bara Eropa Menjulang US$100 Per Ton

"Harga batu bara bisa terus naik dengan tren kenaikan yang terus berlanjut dan kenaikan tersebut akan bertahan untuk jangka panjang. Hal yang paling mendorong adalah pertumbuhan ekonomi China dan kebijakan produksi batu bara domestik"
Jakarta, Inako
Pertumbuhan ekonomi China yang pesat diikuti dengan belanja energi semakin menambah volume permintaan batubara di dunia. Hal ini ditandai dengan harga batubara di pasar Eropa menyentuh US$100 per ton, tertinggi sejak 2013.
China merupakan konsumen batu bara terbesar di dunia. Permintaan dari Negeri Panda untuk bahan bakar dan gangguan pasokan di pusat penyimpanan batu bara di seluruh Atlantic Basin membuat harga batu bara memuncak sejak awal Maret.
Penguatan harga batu bara di Eropa semakin mengejutkan banyak pihak karena pemerintah di kawasan tersebut bekerja sama untuk menutup pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.
Hingga Kanselir Jerman Angela Merkel membentuk sebuah panel untuk memberi nasihat kepadanya ketika Jerman bisa menutup seluruh pembangkit listrik tenaga batu bara, dan pembangkit listrik di Inggris, agar menutup stasiun listrik batu bara terakhirnya hingga 2025.
"Harga komoditas energi yang diekspor dari Eropa pada 2019 telah mengalami kenaikan hingga 10% sepanjang tahun ini dan akan menembus level psikologis US$100 per ton dalam beberapa pekan," ujar Hans Gunnar Navik, analis senior StormGeo AS, dikutip dari Bloomberg.
Harga komoditas tersebut tercatat berada di posisi US$93,75 per ton pada akhir Agustus dan kontrak per kuartal meluncur ke posisi US$99,55 per ton pada 29 Agustus.
"Harga batu bara bisa terus naik dengan tren kenaikan yang terus berlanjut dan kenaikan tersebut akan bertahan untuk jangka panjang. Hal yang paling mendorong adalah pertumbuhan ekonomi China dan kebijakan produksi batu bara domestik," lanjut Navik.
Data Bloomberg Intelligence menunjukkan permintaan daya listrik di Inggris Pusat kemungkinan naik hingga 7,6% tahun ini. Bersamaan dengan China yang tengah berupaya menurunkan jumlah penggunaan batu bara dalam pembangkit listriknya hingga hanya 34% pada 2050, kebutuhan komoditas bahan bakarnya justru melonjak dalam beberapa tahun terakhir untuk memenuhi lonjakan ekonomi.
Batu bara tidak menjadi satu-satunya yang diuntungkan dari China yang haus akan energi. China juga menarik kargo lebih banyak untuk gas alam cair (liquified natural gas/LNG), mengalihkan kapal-kapal pengekspor dari Eropa dan ikut meningkatkan harga gas alam global.
"Harga batu bara terus menguat karena permintaan dari China. Kami memperkirakan bahwa China akan mengintervensi pasar dan menurunkan harga, tapi belum terjadi," kata Elchin Mammadov, analis Bloomberg Intelligence.
Harga emisi fosil juga meningkat, terdorong oleh upaya Uni Eropa untuk menghapus surplus tunjangan yang menumpuk setelah resesi terakhir.
Karbon saat ini diperdagangkan mendekati level tertingginya selama sedekade setelah menembus harga 20 euro per ton, melanjutkan reli sepanjang tahun yang membuat nilainya naik lima kali lipat. Harga karbon yang tinggi meningkatkan biaya penggunaan bahan bakar fosil, terutama batu bara, yang memproduksi gas rumah kaca paling banyak.
TAG#Batubara, #Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral
190232515
KOMENTAR