Harga Emas Catat Rekor Usai Trump Umumkan Tarif Baru

Sifi Masdi

Tuesday, 11-02-2025 | 08:57 am

MDN
Ilustrasi Emas Batangan [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga emas pada Senin (10/2/2025)  mencatatkan  rekor dengan menembus level kunci US$2.900 per ons untuk pertama kalinya dalam sejarah. Lonjakan ini tidak lepas dari meningkatnya permintaan terhadap aset safe-haven, yang  dipicu oleh ancaman tarif baru yang dilontarkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Ancaman ini telah memicu kekhawatiran mendalam terkait potensi perang dagang yang lebih luas dan dampaknya terhadap inflasi global.

 

Laporan Reuters menyebutkan bahwa harga emas spot meroket sebesar 1,6%, mencapai US$2.905,25 per ons pada pukul 09:43 ET (14:43 GMT). Sebelum mencatatkan angka tersebut, emas sempat mencapai rekor tertinggi di US$2.910,99. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS juga menunjukkan tren positif, naik 1,5% menjadi US$2.930,90.

 

"Jelas bahwa perang tarif menjadi pemicu kenaikan ini; itu mencerminkan meningkatnya ketidakpastian dan ketegangan dalam situasi perdagangan global," ungkap Edward Meir, seorang analis dari Marex.

 


BACA JUGA:

Rekomenasi Saham Pilihan: Selasa (11/2/2025)

Erick Thohir Angkat Jenderal Aktif Jadi Dirut Bulog

Harga Emas Spot Melemah: Kamis (6/2/2025)

Harga Emas Antam Turun Rp 10.000 per Gram: Jumat (7/2/2025)


 

Ancaman tarif tambahan sebesar 25% pada semua impor baja dan aluminium yang diumumkan Trump pada hari Minggu lalu semakin menambah ketegangan. Presiden AS tersebut juga mengindikasikan bahwa akan ada tarif balasan yang diumumkan minggu ini, yang akan disesuaikan dengan tarif yang dikenakan oleh negara lain. Langkah ini berpotensi memperburuk inflasi di AS, yang kini menjadi sorotan utama para investor.

 

Dalam konteks ini, pasar sangat menantikan data Indeks Harga Konsumen (CPI) dan Indeks Harga Produsen (PPI) yang akan dirilis dalam waktu dekat. Jika data tersebut menunjukkan angka yang lebih rendah dari ekspektasi, hal ini dapat melemahkan dolar AS dan mendorong harga emas lebih tinggi. Sebaliknya, jika data menunjukkan kenaikan, hal ini dapat meningkatkan imbal hasil obligasi AS dan menekan harga emas, meskipun dampaknya mungkin terbatas mengingat tingginya minat beli saat harga emas turun.

 

Di tengah situasi ini, Ketua The Fed, Jerome Powell, dijadwalkan untuk memberikan kesaksian di hadapan Kongres pada hari Selasa dan Rabu. Kesaksian ini sangat dinanti-nanti oleh pasar, karena dapat memberikan wawasan lebih lanjut mengenai kebijakan moneter ke depan dan dampaknya terhadap inflasi serta pertumbuhan ekonomi.

 

Harga emas telah mencetak rekor ketujuh kalinya tahun ini, didorong oleh ancaman tarif yang meningkatkan ketidakpastian terkait pertumbuhan global dan perang dagang yang berkepanjangan. Dalam kondisi seperti ini, investor cenderung beralih ke emas sebagai aset lindung nilai untuk melindungi nilai investasi mereka.

 

Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures, menyatakan bahwa tren kenaikan harga emas sejak bulan Desember menunjukkan potensi untuk terus berlanjut. Ia bahkan memproyeksikan harga emas dapat mencapai kisaran US$3.250 hingga US$3.500 jika kondisi pasar tetap mendukung.

 

Selain emas, pasar logam lainnya juga menunjukkan pergerakan positif. Harga perak spot naik 1% menjadi US$32,12 per ons troi setelah mencapai level tertinggi dalam tiga bulan pada hari Jumat. Harga platinum juga bergerak naik sebesar 1,1% menjadi US$986,80, sementara paladium menguat 2,2% menjadi US$985,50.


 

KOMENTAR