Harga Emas Cetak Rekor Baru:  The Fed Masih Hati-Hati Soal Pangkas Suku Bunga

Sifi Masdi

Wednesday, 24-09-2025 | 09:32 am

MDN
Ilustrasi emas batangan [ist]

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga emas kembali mencetak rekor tertinggi pada perdagangan Selasa (23/9/2025), seiring meningkatnya permintaan aset safe haven setelah komentar hati-hati dari pejabat Federal Reserve (The Fed) terkait prospek penurunan suku bunga.

 

Mengutip Investing.com, pada pukul 07:55 ET (11:55 GMT), harga emas spot naik 0,8% ke level US$3.180,83 per ons, setelah sempat menembus rekor baru di US$3.191,10 per ons. Sementara itu, emas berjangka menguat 1,1% menjadi US$3.817,00 per ons.

 

Kenaikan ini menandai momentum kuat bagi logam mulia, yang dalam beberapa bulan terakhir terus menjadi incaran investor di tengah gejolak global dan ketidakpastian arah kebijakan moneter AS.

 

Lonjakan harga emas kali ini dipicu oleh komentar dari sejumlah pejabat The Fed yang menekankan sikap hati-hati atas rencana pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Misalnya, Raphael Bostic, Presiden The Fed Atlanta, menolak ide penurunan suku bunga pada Oktober dengan alasan inflasi yang masih tinggi.

 


BACA JUGA:

Rekomendasi Saham Pilihan: Rabu (24/9/2025)

Harga Emas Antam Cetak Rekor Baru: Naik Rp 41.000 per Gram

Harga Emas Antam Naik Rp1.000 per Gram: Senin (22/9/2025)


 

Kemudian, Beth Hammack, Presiden The Fed Cleveland, menyuarakan kekhawatiran serupa dan menilai kebijakan saat ini belum cukup restriktif. Sementara Stephen Miran, anggota dewan yang baru dilantik, justru mendesak pemangkasan suku bunga lebih agresif, yakni 50 basis poin, lebih besar dari keputusan resmi The Fed pekan lalu yang menurunkan 25 basis poin.

 

Perhatian pasar kini tertuju pada pidato Ketua The Fed Jerome Powell, yang dijadwalkan menyampaikan pandangan terbaru terkait arah kebijakan moneter.

 

Emas dikenal sebagai aset yang cemerlang di saat ketidakpastian. Menurut riset Federal Reserve Bank of Chicago, investor memandang emas sebagai pelindung terhadap "masa ekonomi buruk".

"Emas memenuhi semua kriteria tersebut," ujar Sameer Samana, Kepala Strategi Ekuitas Global dan Aset Riil di Wells Fargo Investment Institute.

 

Wells Fargo dalam laporan terbarunya juga menilai bahwa pembelian emas berkelanjutan oleh bank sentral global, ditambah meningkatnya ketegangan geopolitik, akan mendukung tren kenaikan harga emas ke depan.

 

Meski harga emas mencetak rekor, para pakar mengingatkan bahwa porsi investasi emas dalam portofolio sebaiknya dibatasi, idealnya di bawah 3%.

 

Ada beberapa pilihan cara berinvestasi emas: ETF berbasis emas fisik: dianggap paling efisien, likuid, dan hemat biaya, dibandingkan dengan membeli emas batangan atau koin.

 

Saham pertambangan emas: menawarkan alternatif, meski lebih dipengaruhi oleh kinerja bisnis masing-masing perusahaan dibandingkan harga emas global. Emas fisik masih populer, tetapi dinilai kurang efisien karena biaya penyimpanan dan transaksi relatif tinggi.

 

“ETF emas akan menjadi cara paling likuid dan hemat pajak untuk mendapatkan eksposur emas,” kata Samana. Sementara itu, analis Blair duQuesnay menambahkan bahwa emas fisik cenderung lebih merepotkan karena masalah penyimpanan dan biaya tambahan.

 

Disclaimer:

Harga emas dapat berubah sewaktu-waktu berdasarkan kondisi pasar dan kebijakan perusahaan.

 

KOMENTAR