Harga Minyak Dunia Naik Hampir 3%: Dipicu Kebakaran Sumber Minyak Kanada

Jakarta, Inakoran
Harga minyak dunia melonjak hampir 3% pada Selasa (3/6/2025), dipicu oleh kebakaran hutan besar di Kanada yang mengancam pasokan energi global serta sentimen negatif terhadap dolar AS akibat ancaman kebijakan tarif baru dari Presiden Donald Trump.
Menurut laporan Reuters, harga minyak mentah Brent tercatat naik US$1,85 atau 2,95% menjadi US$64,63 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$1,73 atau 2,85% menjadi US$62,52 per barel.
Faktor utama penguatan harga minyak kali ini adalah kebakaran hutan di provinsi Alberta, salah satu wilayah penghasil minyak utama Kanada. Reuters mencatat, hingga Senin (2/6), kebakaran telah mengganggu sekitar 7% dari total produksi minyak mentah Kanada.
Dua operator pasir minyak termal di wilayah selatan Fort McMurray dilaporkan mengevakuasi para pekerja dan menghentikan operasional sebagai langkah pencegahan. “Kebakaran hutan di Alberta kini mulai merembes,” ujar John Kilduff, analis dari Again Capital, New York.
BACA JUGA:
Harga Emas Antam Naik Rp 35.000: Selasa (3/6/2025)
Rekomendasi Saham Pilihan: Selasa (3/6/2025)
Harga Minyak Dunia Kembali Menguat: Senin (2/6/2025)
Harga minyak juga terdorong oleh pelemahan dolar AS. Pasar global mencemaskan dampak dari ancaman tarif baru yang dilontarkan Presiden Trump, yang dikhawatirkan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan inflasi.
Mata uang dolar yang lebih lemah membuat komoditas berbasis dolar seperti minyak menjadi lebih murah bagi negara-negara dengan mata uang lain, sehingga meningkatkan permintaan.
Di luar faktor pasokan dan mata uang, sentimen geopolitik turut menambah tekanan di pasar energi. Jorge Leon dari Rystad Energy mengungkapkan bahwa serangan drone Ukraina terhadap Rusia selama akhir pekan meningkatkan premi risiko geopolitik.
Di sisi lain, perundingan nuklir antara Iran dan AS belum menemui titik terang. Seorang diplomat Iran menyatakan bahwa Teheran siap menolak proposal AS dalam upaya menyelesaikan sengketa nuklir yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Meskipun ada sedikit kemajuan dalam putaran pembicaraan sebelumnya di Roma, ketidakpastian ini tetap membebani pasar.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) juga memainkan peran dalam dinamika harga minyak. Kelompok ini memutuskan untuk menaikkan produksi sebesar 411.000 barel per hari (bpd) pada bulan Juli, melanjutkan tren kenaikan selama tiga bulan berturut-turut.
Langkah ini dimaksudkan untuk merebut kembali pangsa pasar dan menegur anggota yang melampaui kuota produksi. Meski begitu, pelaku pasar menilai kenaikan ini telah diperhitungkan dalam harga minyak saat ini.
“Banyak investor mengira OPEC+ akan menaikkan produksi lebih agresif. Tapi saya rasa mereka salah mengira,” ujar Phil Flynn, analis dari Price Futures Group.
Menurut catatan Goldman Sachs, OPEC+ kemungkinan akan menambahkan kenaikan serupa sebesar 410.000 bpd pada Agustus mendatang. Mereka juga menilai kondisi pasar masih relatif ketat, didukung oleh permintaan musiman dan data ekonomi global yang solid.
“Permintaan diperkirakan tidak akan melambat cukup drastis untuk mencegah OPEC+ menaikkan produksi,” jelas Goldman Sachs, menyinggung keputusan penting yang akan diambil pada 6 Juli mendatang.
KOMENTAR