Harga Pupuk Mahal, Petani Wondama Enggan Tanam Padi

Binsar

Wednesday, 05-09-2018 | 08:23 am

MDN
Ilustrasi [ist]

Harga pupuk yang mahal dan tingginya biaya produksi menyebabkan sejumlah para petani sawah di Kabupaten Teluk Wondama, Papua belakangan ini mulai enggan menanam padi. Selain harga mahal, stok pupuk yang ada juga sangat langkah dan sulit didapat.

 

Wasior, Inako –

Harga pupuk yang mahal dan tingginya biaya produksi menyebabkan sejumlah para petani sawah di Kabupaten Teluk Wondama, Papua belakangan ini mulai enggan menanam padi. Selain harga mahal, stok pupuk yang ada juga sangat langkah dan sulit didapat.

Kepala Bidang Transmigrasi pada Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Teluk Wondama, Adhar di Wasior, Senin, mengatakan banyak petani di kawasan pemukiman transmigrasi di Sobei, Distrik Teluk Duairi kini beralih menanam palawija terutama sayur-sayuran.

sebagai perbandingan, untuk satu hektar sawah saja para petani di Sobei harus mengeluarkan biaya antara 7 sampai 8 juta rupiah. Kurang lebih separuh dari dana tersebut dipakai untuk belanja pupuk. Pasalnya sampai saat ini di Wondama belum tersedia pupuk subdisi sehingga para petani harus membeli ke Manokwari dengan harga yang cukup tinggi.

"Bayangkan satu sak pupuk 50 Kg petani harus beli 500 ribu. Saya sendiri sebagai petani sawah sebagai warga transmigran di Sobei. Warga mengelola ¾ hektar itu per sekali tanam paling tidak 7-8 juta habis. Sedangkan hasil produksi selama ini tidak seimbang dengan penjualan," ungkap Adhar.

Hal lain yang juga menjadi penyebab adalah belum memadainya jaringan irigasi sehingga sebagian besar sawah di Sobei tidak mendapat pasokan air. Akibatnya hasil panen menurun sehingga petani mengalami kerugian.

Di Sobei sebenarnya sejak 2014 telah terbangun jaringan irigasi yang merupakan proyek bantuan dari Pemprov Papua Barat. Namun irigasi tersebut tidak bisa berfungsi optimal. Posisi saluran irigasi lebih rendah dari permukaan sawah sehingga air tidak bisa lancar mengalir ke dalam sawah.

Jaringan irigasi tersebutpun belum dilengkapi saluran sekunder untuk menyalurkan air ke dalam sawah. Alhasil proyek dengan nilai miliaran rupiah itupun terkesan mubazir.

Irigasi yang dibangun dengan dana miliaran juga tidak berfungsi optimal. Kami mohon pupuk subsidi ada karena harga pupuk dan obat-obatan itu paling mahal. Itulah faktornnya yang membuat daya tarik petani untuk menanam padi menurun,  lanjut Adhar yang juga merupakan warga Sobei.

Ditemui terpisah, Asri, salah seorang petani sawah di kampung Sobei Indah membenarkan hal itu. Tidak adanya pupuk subsidi merupakan penyebab utama dia bersama petani lainnya memilih menanam palawija daripada padi.

Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Teluk Wondama mencatat dari 122 hektar sawah baru yang dicetak pada 2016 di Kampung Sobei Indah, hanya sekitar 7 hektar yang telah ditanami padi dan sudah berproduksi.

 

KOMENTAR