Hidup Menikah Diyakini Dapat Mencegah Penyakit Jantung & Strok

Binsar

Friday, 13-07-2018 | 09:28 am

MDN
Ilustrasi suami istri [ist]

Paris, Inako –

Belum lama ini, Jurnal Medis Heart, merilis sebuah laporan hasil penelitian yang menjelaskan hubungan antara hidup menikah dengan penyakit jantung dan strok.

Seperti dilansir AFP, laporan jurnal tersbut menjelaskan bahwa sejumlah peneliti telah melakukan survei dua juta orang dengan rentang usia antara 42 hingga 77 tahun yang dalam keadaan menikah.

Berdasarkan hasil survei para peneliti itu disimpulkan, bahwa hidup bersama pasangan hingga usia senja bisa membuat Anda terhindar dari dua risiko yakni penyakit jantung dan stroke.

Studi tersebut meneliti populasi etnis bervariasi di Eropa, Amerika Utara, Timur Tengah dan Asia.

Masih menurut penelitian, dibandingkan orang yang hidup dengan suami atau istri mereka, duda atau janda atau orang yang tak pernah menikah mempunya risiko terkena penyakit kardiovaskular 42 persen lebih besar, juga 16 persen berisiko kena penyakit jantung koroner.

Risiko kematian juga lebih tinggi pada orang yang tidak menikah, 42 persen dari risiko penyakit jantung dan 55 persen dari stroke.

Hasilnya serupa untuk perempuan dan laki-laki, kecuali stroke, yang lebih rentan menimpa kaum Adam.

"Penemuan ini menunjukkan bahwa status perkawinan harus dipertimbangkan dalam menilai risiko penyakit kardiovaskular," tim yang dipimpin Chun Wai Wong, peneliti di departemen kardiologi Royal Stoke Hospital, Inggris, menyimpulkan.

Empat perlima penyakit kardiovaskular bisa dikaitkan dengan faktor risiko seperti usia lanjut, laki-laki, tekanan darah tinggi, merokok dan diabetes.

Pernikahan, dengan kata lain, bisa jadi bagian penting dari 20 persen yang tersisa. Lebih tepatnya, tinggal bersama --tanpa atau dengan ikatan pernikahan -- mungkin faktor yang berpengaruh.

Namun sebagian besar dari 34 studi yang ditinjau oleh Wong dan koleganya tidak mengidentifikasi pasangan di luar pernikahan atau pasangan sesama jenis, jadi tidak mungkin mengetahui, secara statistik, apakah kehidupan seperti itu juga sama dampaknya seperti menikah.

Karena penelitiannya bersifat observasional ketimbang eksperimen terkontrol, seperti apa yang dilakukan peneliti terhadap tikus percobaan, tidak ada kesimpulan jelas yang bisa ditarik sebagai sebab dan akibat.

Punya pendamping yang bisa mengurus dan menjaga kesehatan satu sama lain mungkin jadi nilai tambah, begitu juga pendapatan atau uang pensiun yang lebih besar karena bersumber dari dua orang.

Selain itu, hidup bersama orang lain juga dianggap baik untuk meningkatkan semangat kerja, juga stimulasi saraf. Orang yang hidup bersama pasangannya, berdasarkan penelitian sebelumnya, juga menunjukkan tingkat demensia yang lebih rendah.

KOMENTAR