Ini Alasan Ekonomi Indonesia Tumbuh Stagnan di 5 Persen

Sifi Masdi

Tuesday, 13-11-2018 | 13:09 pm

MDN
Gedung Bappenas [ist]                 

Depok, Inako

Tantangan ekonomi terbesar di Indonesia untuk jangka menengah adalah terobosan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, selama beberapa tahun terakhir ekonomi tumbuh sedang hingga sekitar 5 persen.

Hal ini diungkapkan oleh Staf Ahli Kementerian Pembangunan dan Perencanaan Nasional Kepala (Bappenas), Bambang Priambodo. Ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi semakin memburuk jika Indonesia tidak melakukan apa-apa. Jika Indonesia ingin menjadi ekonomi berpenghasilan tinggi dalam dua dekade mendatang, kata Bambang, ekonomi perlu tumbuh hingga mendekati 6 persen. Karena itu, kata Bambang, Indonesia perlu mengisi kesenjangan 5 persen hingga 6 persen dengan reformasi kebijakan.

"Berdasarkan diagnosis kami, cerita utama di balik pertumbuhan ekonomi yang stagnan adalah kisah produktivitas. Tingkat produktivitas Indonesia relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara sebaya dan setelah krisis Asia, produktivitas kita tidak tumbuh tidak secepat negara sebaya," kata Bambang Priambodo di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (12/11/2018).

Bambang menambahkan, Bappenas menemukan bahwa masalah transformasi struktural merupakan pemicu dari produktivitas rendah. Ia pun menyebutkan lebih dari 30 persen tenaga kerja bekerja di sektor pertanian.

"Selain itu, kami juga mengalami kemungkinan industrialisasi prematur. Meskipun pangsa industri manufaktur masih pada tingkat yang relatif tinggi, tetapi dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia, pangsa industri manufaktur kami turun terlalu dini," kata Bambang.

Menurut Bambang, buruknya kinerja industri manufaktur memiliki dampak yang jelas terhadap kinerja perdagangan internasional.

"Jika kita melihat apa yang kita ekspor, setelah 40 tahun, ekspor kita masih didominasi oleh komoditas. Pada 1970-an, Malaysia dan Thailand juga mengandalkan komoditas dalam ekspor mereka," kata Bambang.

Namun, sekarang, kata Bambang, bagian terbesar dari ekspor mereka adalah elektronik.

Sebelumnya, BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2018 sebesar 5,17 persen. Angka tersebut tercatat lebih rendah ketimbang triwulan II 2018 yang mencapai 5,27 persen dan lebih tinggi ketimbang triwulan I 2018, yang sebesar 5,06 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi tercatat 5,17 persen.

Kepala BPS Suhariyanto berujar pertumbuhan pada triwulan ini sedikit lebih lambat ketimbang triwulan sebelumnya lantaran sebelumnya ada momen bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

"Itu biasanya puncak konsumsi rumah tangga dan transportasi," ujar Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Senin (5/11/2018) lalu.

Bambang yakin pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tahun 2018 sebesar 5,2 persen. Hal tersebut, kata Bambang, dilihat dari confident masyarakat terhadap geliat ekonomi.


 

KOMENTAR