Ini Kebiasaan Harian yang Bisa Memicu Nyeri Sendi

Binsar

Monday, 27-01-2020 | 17:52 pm

MDN
Main game terlalu lama dinilai sebagai salah satu pemicu nyeri sendi [ist]

Inakoran.com

Kebiasaan sehari-hari ternyata memberi andil terjadinya nyeri tulang pada diri seseorang. Karena itu, nyeri tulang belakang yang sebelumnya identik dengan penyakit degeneratif kini bergeser menjadi gangguan yang kerap dialami milenial juga.

Beberapa kebiasaan yang dilakukan sehari-hari yang dianggap menjadi penyebab gangguan ini, misalnya berolahraga, duduk lebih dari delapan jam, dan bermain gawai.

Kesimpulan itu diperkuat oleh Spesialis Bedah Saraf Lamina Pain and Spine Center, dr Victorio SpBS. Menurutnya, idealnya saat duduk setiap dua jam sekali harus melakukan stretching, posisi duduk juga harus tegak (kurva normal), dan sebaiknya punggung diberi bantal. Untuk olahraga, sebaiknya lakukan pemanasan dan pendinginan dengan benar.

Untuk pemula yang melakukan fitness, dianjurkan menggunakan jasa personal trainer lebih dulu.

“Bagi yang suka lari, jangan langsung pilih maraton, harus bertahap. Sedangkan kalau sudah nyeri sendi, olahraga yang bagus adalah berenang dan sepeda statis untuk merileksasikan sendi,” ungkap dr Victorio dalam acara Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan konstruksi PT Waskita Karya dalam rangka perayaan HUT ke-59 mereka di Jakarta.

Dia juga mengingatkan, kebiasaan bermain gawai terlalu lama dan salah posisi bisa membuat nyeri otot dan tulang belakang, misalnya bermain laptop sambil tiduran atau bermain ponsel terlalu menunduk dan lama.

“Ada penyakit pada era modern saat ini, yakni text neck. Penyakit itu karena main gadget terlalu lama. Beban yang diterima di leher kalau terlalu lama nunduk hampir 27 kg beratnya. Pundak terasa berat, leher pegal, dan bisa kebas sampai kedua tangan, bisa saraf kejepit di leher, atau penyakit jemari yang kaku,” urai dr Victorio.

Posisi tidur yang salah juga menyumbang nyeri di leher atau bagian bahu dan punggung, misalnya ketika pemilihan bantal kurang tepat.

 

“Posisi bantal jangan terlalu tinggi atau rendah, harus tersangga dengan benar,” katanya. Menyadari nyeri bukan perkara ringan, PT Waskita Karya mengadakan CSR, salah satunya pengobatan nyeri, di samping sunatan massal dan operasi katarak.

Kegiatan itu dilakukan di lima kota,yakni Jakarta, Surabaya, Medan, Yogyakarta, dan Bandung, dengan melibatkan total peserta 3.000 orang.

“Ini tahun kelima kami melaksanakan CSR. Kami berharap pada tahun-tahun mendatang kegiatan ini terus berlanjut,” ujar Director of Operations I PT Waskita Karya (Persero) Tbk Didit Oemar Prihadi pada pelaksanaan CSR di Lamina Pain and Spine Center beberapa waktu lalu.

Didit menjelaskan, pihaknya memilih CSR tersebut untuk membantu masyarakat di bidang kesehatan, khususnya anak-anak dan lanjut usia.

“Sunat diikuti peserta anak-anak. Operasi katarak dan pengobatan nyeri umumnya diikuti kaum lansia, walau kami juga tidak menutup kesempatan bagi pasien yang lebih muda untuk ikut serta,” katanya.

KOMENTAR